Prinsippembangunan pariwisata desa selanjutnya yang juga harus dipenuhi agar nantinya tercapai pengembangan jangka panjang adalah Environtmentally Feasible atau menekankan bahwa segala bentuk pembangunan dan pengembangan desa menjadi sebuah desa wisata harus memperhatikan kondisi alam dan lingkungan serta perubahan perubahan yang mungkin akan terjadi. 23.6 Pengembangan Pariwisata. Pengembangan pariwisata merupakan sebuah proses dinamis yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia, sebagai salah satu sumber pendapatan negara melalui pemasukan devisa bagi pembangunan negara. Negara-negara sedang berkembang ( developing countries) menjadikan pariwisata sebagai sebuah potensi besar untuk denganadanya kegiatan pariwisata; dan 3) Bagaimana pendapat mereka terhadap dampak-dampak kegiatan pariwisata (sosial, ekonomi dan lingkungan) di daerah mereka. Masyarakat lokal yang menjadi informan berjumlah 132 orang yang tersebar di 15 (lima belas) desa yang berada di 14 (empat belas) kawasan peruntukan wisata di Kawasan danau Toba. Mulaidari penelitian konseptual mengenai mitigasi Covid-19 di desa wisata (Ferdiansyah et al., 2020); pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dalam perspektif implementasi kebijakan Bagaimanakahprinsip pengembangan kegiatan pariwisata? Jawab: Prinsip pengembangan kegiatan pariwisata yaitu sebagai berikut. Pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan. Menyeimbangkan antara kebutuhan wisatawan dan masyarakat. Melibatkan para pemangku kepentingan. Memberikan kemudahan kepada pengusaha skala lokal kecil dan Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di era modern saat ini. Padatnya rutinitas hidup membuat manusia memerlukan kegiatan traveling atau pariwisata. Indonesia memiliki beragama potensi pariwisata baik itu dalam bentang alam maupun budaya nya. Kegiatan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah dan menjadi pendongkrak citra negara Indonesia di mata dunia. Saat ini dengan munculnya aplikasi media sosial, beragam objek wisata baru bermunculan dan menjadi trend. Wilayah yang dulunya biasa-biasa saja kini menjadi objek vital wisata hingga terkenal di Mancanegara. Artinya setiap daerah memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi sarana wisata. Dalam mengembangkan pariwisata setidaknya 3 prinsip ini harus terpenuhi. Indonesia punya potensi wisata yang indah 1. Something to See Artinya "ada sesuatu untuk dilihat". Setiap daerah tentu punya objek yang bisa dilihat dan jika objek itu menarik maka ia dapat dijadikan sebagai lokasi wisata wisata. Objek tersebut dapat berupa kenampakan alam maupun budaya. Contohnya saja dulu tidak ada yang namanya wisata Gunung Api Nglanggeran. Namun setelah dikaji ulang ternyata gunung batu tersebut menyimpan potensi wisata sejarah, geologi dan ekowisata. Setelah di kembangkan kini menjadi Desa Wisata dan terkenal hingga mancanegara. 2. Sometihing to do Artinya "ada sesuatu untuk dilakukan". Jika objek wisata sudah ada maka langkah selanjutnya adalah mencari kegiatan yang bisa dilakukan di sana. Jika ada objek air terjun maka selain menikmati indahnya air terjun, wisatawan harus melakukan aktifitas lain seperti berenang, hiking atau lainnya. Orang akan berinteraksi dengan objek tersebut sehingga akan menciptakan kegembiraan dan kesenangan batin. 3. Something to buy Artinya "ada sesuatu untuk dibeli". Tentunya para wisatawan memerlukan kebutuhan di tempat wisata mulai dari makanan, minuman sampai cinderamata. Jadi tempat wisata harus punya beragam pernak-pernik tambahan untuk dibeli. Orang datang ke Bali misalnya, maka disana juga harus ada fasilitas hotel untuk menginap, restoran, outlet cinderamata dan lainnya. Gambar Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ABSTRAKBerdasarkan regulasi, pembangunan industri pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomia Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menyediakan lapangan pekerjaan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilakukan yaitu untuk menjelaskan strategi pengembangan idnustri pariwisata di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan yang mengacu pada pustaka-pustaka sebelumnya mengenai pengembangan idnustri pariwisata di Indonesia. Industri pariwisata di Indonesia perlu dilakukan pengembangan dikarenakan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara masih rendah bila dibandingkan dengan industri pariwisata di negara lain. Peneliti membahas mengenai strategi pengembangan industri pariwisata dengan mengacu kepada peluang, kekuatan, kekurangan dan tantangan pada industri pariwisata di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran mengenai strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan industri pariwisata di kunci Strategi, pengembangan, pariwisataPENDAHULUANPengembangan pembangunan infrastruktur saat ini telah dilakukan dengan intensif oleh pemerintah. Menurut sekretariat Kabinet RI tahun 2017, pembangunan infraastruktur di Indonesia dikatakan masih begitu tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Tujuan dari pembangunan Industru tersebut yaitu untuk merespon perubahan yang terjadi pada dunia industru secara keseluruhan. Salah satu industri yang mengalami perubahan yang terjadi pada dunia industri yaitu industri pariwisata. Saat iniindustri pariwisata menjadi salah satu sektor yang dipandang sangat menguntungkan dikarenakan masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan Mariyono 2017, Cholik 2017. Penerimaan pendapatan daerah menjadi salah satu potensi yang dapat ditingkatkan Incera et al. 2015. Perkembangan pariwisata di Indonesia tidak terlepas dari pengembangan pasriwisata di daerah Oktavia 2017; Sutanto 2016. Dengan demikian, strategi dalam pengembangan pariwisata perlu dilakukan untuk lebih mengembangkan pariwisata di penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode penelitian kepustakaan library research. Penelitian dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data dari pustaka. Abdul Rahman Sholeh menyatakan, penelitian kepustakaan library research merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara untuk mendapatkan data informasi dengan menempatkan fasilitas yang ada di perpustakaan seperti majalah, buku, dokumen, skripsi, jurnal, dan catatan kisah-kisah sejarah atau penelitian kepustakaan murni yang berkaitan dengan objek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Strategi Pengembangan Industri PariwisataBerdasarkan hasil kepustakaan yang dilakukan peneliti maka peneliti melakukan analisi terhadap strategi yang dilakukan untuk mengembangkan industri pariwisata di Indonesia. Analisis dilakukan dengan mengetahui peluang, kekuatan, kekurangan dan tantangan pada industri pariwisata di Indonesia. Analisis strategi pengembangan industri pariwisata di Indonesia yaituPeluang industri pariwisata IndonesiaPeluang industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutKawasan wisata yang masih asriWisata yang sangat beragam, mulai dari wisata darat, wisata air, wisata sejarah, dan masih banyak lagiTempat penginapan yang banyak di sekitar kawasan wisataBanyak pusat perbelanjaan di sekitar kawasan wisataBanyak wisatawan yang tertarik terhadap wisata dan budaya IndonesiaPenyegaran kawasan wisata oleh pemerintah setempatBerbag wisata kuliner yang berada di sekitar kawasan industri pariwisata IndonesiaKekuatan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutDestinasi wisata yang mengandalkan sumber daya alam di IndonesiaKawasan-kawasan wisata legendaris di IndonesiaMasyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata sangat ramahBanyak kawasan perdagangan di areal kawasan industri pariwisata IndonesiaKekurangan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutSarana transportasi umum yang masih sulit untuk menuju tempat wisataKondisi jalan areal wisata yang buruk sehingga sulit untuk dijangkau oleh wisatawanPartisipasi generasi muda yang masih kurang dalam pelestarian wisata di IndonesiaAgenda program wisata yang kurang industri pariwisata IndonesiaTantangan industri pariwisata di Indonesia yaitu sebagai berikutDukungan pemerintah dan masyarakat umum daerah yang masih kurang terhadap kawasana wisata di IndonesiaPengembangan wisata di beberapa kawasan tidak menarik para wisatawanRendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian cagar budayaBanyak wisata di negara lain yang lebih menarik dibandingkan dengan wisata di Strategi Pengembangan Industri Pariwisata di IndonesiaPengembangan Objek Wisata di Indonesia akan mendorongnya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan itu, pengembangan objek wisata secara langsung atau tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembang wilayah, baik secara fisik, maupun secara sosial, budaya dan yang digunakan pada penelitian ini untuk mengukur strategi pengembangan objek wisata di Indonesia, yaitu dengan indikator planning perencanaan, organizing pengorganisasian, actuating pengarahan, dan controlling pengawasan. Berikut akan diurai masing-masing Planning perencanaan, kurang optimal yakni penyusunan rencana kerja dalam manajemen strategi pengembangan objek wisata yang kurang sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat, kurang sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah direncanakan. b. Organizing pengorganisasian, kurang jelasnya perincian kerja antara pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten dengan pihak UPT sebagai pengelola/pengembang objek wisata, termasuk penempatan dan pembagian tugas masing-masing pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten dengan UPT Actuating pengarahan, tidak adanya pedoman kerja dalam manajemen strategi pengembangan objek wisata, tidak adanya pengarahan bagi pihakpihak terkait dan kurangnya koordinasi antara Instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum PU, pihak Kecamatan Rupat Utara, pihak UPT Pariwisata, Kepala Desa, dan RT/RW Controlling pengawasan, pengawasan yang dilakukan kurang optimal yakni tidak adanya standar yang jelas dalam melakukan pengawasan, kurangnya melakukan penilaian dan tindakan perbaikan yang dilakukan kurang jelas, termasuk sanksi yang diberikan tidak yang mempengaruhi manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata di Indonesiadalah sebagai berikuta. Anggaran/Dana Minimnya anggaran/dana adalah merupakan faktor yang mempengaruhi manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata, dana yang diharapkan dari APBD tidak mencukupi, sehingga anggaran/dana diambil dari proyek yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia SDM Rendahnya tingkat pendidikan pihak pengelola/pengembang objek wisata, berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata itu sendiri. Rata-rata tingkat pendidikan pihak pengelola/pengembang objek wisata tamat SMA Sekolah Menengah Atas.c. Sarana dan Prasarana Kurangnya sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap manajemen strategi Dinas Pariwisata dalam pengembangan objek wisata. Sarana prasarana yang dimaksud adalah tidak adanya penginapan, rumah makan, jasa kesehatan, rumah ibadah dan MCK Mandi Cuci Kakus.Strategi Perencanaan Pengembangan Pariwisata di IndonesiaStrategi KebijakanMembuat pedoman umum serta pedoman pengelolaan objek wisata yang lebih terfokus pada Manajemen Wisatawan yang meliputi interprestasi dan pengaturan pola arus pengunjung. Membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk berinvestas, serta Dinas Pariwisata Kabupaten melakukan promosi objek Fasilitas dan Aktivitas WisataUntuk jumlah akomodasi yang ada diperlukan mengoptimalkan kualitas secara fisik bangunan dan pelayanan, sehingga tercapai standar pelayanan yang baik, dengan demikian diperlukan masukan-masukan dari pemerintah kepada para pengelola akomodasi sebagai rekomendasi peningkatan standar pelayanan hotel, sanitasi dan kepuasan konsumen. Diperlukan adanya perbaikan akses jalan, banyaknya fasilitas makan dan minum namun belum mencapai standar dalam hal sanitasi dan kesehatan, dengan demikian diperlukan pula pembuatan standar dan persyaratan fasilitas makan dan minum oleh pemerintah sehingga kondisinya lambat laun dapat menyesuaikan dengan standar Strategi Produk. Strategi produk dapat dilakukan dengan menambahkan atraksi wisata yang unik dan menarik segmen yang lebih luas lagi, misalnya bagi kaum muda dapat menambahkan fasilitas penampilan adat budaya yang dapat dikelola langsung oleh Strategi Harga Biaya wisata masih sangat terjangkau oleh wisatawan dan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Dapat dilakukan studi yang berkelanjutan mengenai perubahan pola perilaku pasar objek wisata di Indonesia ehingga dapat lebih memberikan penyesuaian untuk harga yang pantas3. Strategi Tempat Place/Distribution Objek wisata di Indonesia sudah dilakukan pendistribusian dengan baik. KESIMPULANPenelitian ini bertujuan untuk membuat berbagai perencanaan strategi pengembangan destinasi wisata di Indonesia. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh industri wisata di Indonesia dianalisis secara komprehensif. Dari hasil analisis tersebut diperoleh gambaran bahwa kawasan objek wisata di Indonesia memiliki daya kompetitif yang rendah untuk menghadapi ancaman dari destinasi wisata lainnya. Selain itu diperlukan juga pembenahan kualitas dan kuantitas infrastruktur dan fasilitas penunjang. Keberadaan para stakeholder yang berkecimpung di industri pariwisata kota tidak ada salahnya untuk menjalankan strategi yang direkomendasikan oleh penulis dan dilakukan evaluasi lebih lanjut. Sehingga, apabila masih terdapat kekurangan atau kelemahannya, hal tersebut bisa menjadi bahan kajian yang menarik dalam penelitianpenelitian PUSTAKAArif, T. M. H., & Hossin, M. Z. 2016. A comparative analysis of internal and external environments between Hotel Hyatt, UK and Hotel The Cox Today, Cox's Bazar, Bangladesh. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 216, 13-22. I. N. 2015. Promotion strategy dan peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen, 36, 1-18. Retrieved from A. 2017. Tourism development and strategy for increasing numbers of visitors in Kediri. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 52, 131-136. D. W., Sunaryo, & Yudaningtyas, E. 2015. Fight for the spirit game bergenre RPG menggunakan Fuzzy-SWOT berbasis web. Jurnal EECCIS, 91, L. 2010. Tourism as a development factor in the light of regional development theories. Tourism, 201, 5-10. H. H., & Huang, W. C. 2006. Application of a quantification SWOT analytical method. Mathematical and Computer Modelling, 431-2, 158-169. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya bagaimana prinsip pengembangan kegiatan pariwisata – Kegiatan pariwisata sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Pengembangan pariwisata yang tepat dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan. Namun, untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata berjalan dengan baik, dilakukan pengembangan kegiatan pariwisata dengan beberapa prinsip yang harus dipatuhi. Pertama, prinsip jangkauan luas. Ini berarti bahwa kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup seluruh masyarakat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat menikmati manfaat dari kegiatan pariwisata. Kedua, prinsip inklusi. Ini berarti bahwa kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup semua aspek masyarakat dan ekonomi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua aspek ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memajukan sektor pariwisata. Ketiga, prinsip konservasi. Ini berarti bahwa kegiatan pariwisata harus disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata tidak merusak lingkungan atau budaya setempat. Keempat, prinsip ketahanan. Ini berarti bahwa kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mendukung ketahanan masyarakat dan ekonomi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata dapat menjaga daya tarik dan manfaat yang dihasilkannya. Kelima, prinsip kesejahteraan. Ini berarti bahwa kegiatan pariwisata harus dikembangkan dalam komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi dan sosial yang dihasilkan kegiatan pariwisata dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Keenam, prinsip partisipasi. Ini berarti bahwa masyarakat harus diikutsertakan dalam proses perencanaan dan pengembangan kegiatan pariwisata. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata berjalan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat setempat. Ketujuh, prinsip tanggung jawab. Ini berarti bahwa pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan dengan tanggung jawab yang tinggi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata tidak merugikan masyarakat dan lingkungan. Prinsip-prinsip ini merupakan kunci untuk pengembangan kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Dengan mematuhi prinsip-prinsip ini, kegiatan pariwisata akan menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan. Dengan begitu, pengembangan kegiatan pariwisata akan menjadi lebih efisien dan menguntungkan semua pihak. Rangkuman 1Penjelasan Lengkap bagaimana prinsip pengembangan kegiatan pariwisata1. Prinsip jangkauan luas, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup seluruh masyarakat. 2. Prinsip inklusi, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup semua aspek masyarakat dan ekonomi. 3. Prinsip konservasi, yaitu kegiatan pariwisata harus disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya. 4. Prinsip ketahanan, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mendukung ketahanan masyarakat dan ekonomi. 5. Prinsip kesejahteraan, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan dalam komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 6. Prinsip partisipasi, yaitu masyarakat harus diikutsertakan dalam proses perencanaan dan pengembangan kegiatan pariwisata. 7. Prinsip tanggung jawab, yaitu pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan dengan tanggung jawab yang tinggi. Penjelasan Lengkap bagaimana prinsip pengembangan kegiatan pariwisata 1. Prinsip jangkauan luas, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup seluruh masyarakat. Prinsip jangkauan luas merupakan salah satu prinsip dasar untuk mengembangkan kegiatan pariwisata. Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup seluruh masyarakat. Prinsip ini menekankan bahwa pariwisata harus tersedia untuk semua orang, bukan hanya untuk kelompok terbatas, seperti orang kaya atau wisatawan asing. Tujuan utama dari prinsip ini adalah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pariwisata bagi masyarakat dan kemajuan ekonomi daerah. Kebijakan yang dihasilkan dari prinsip jangkauan luas adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata. Masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan, pembangunan, dan pengelolaan kegiatan pariwisata. Hal ini penting karena masyarakat yang terlibat akan menjadi sasaran utama dari kegiatan pariwisata. Dengan demikian, masyarakat akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata dan mendapatkan manfaat dari itu. Selain itu, kebijakan yang dihasilkan dari prinsip jangkauan luas juga difokuskan pada pengembangan kegiatan pariwisata yang menyediakan manfaat seluas mungkin bagi masyarakat. Hal ini penting karena kegiatan pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Kebijakan ini juga mencakup penyediaan akses ke sumber daya alam yang diperlukan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata. Pemerintah juga dapat berperan penting dalam menerapkan prinsip jangkauan luas. Pemerintah dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk kegiatan pariwisata, misalnya dengan menyediakan infrastruktur, dukungan keuangan, dan insentif investasi. Pemerintah juga dapat memberikan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih memahami dan menikmati kegiatan pariwisata. Prinsip jangkauan luas sangat penting bagi kegiatan pariwisata. Prinsip ini menekankan bahwa kegiatan pariwisata harus tersedia untuk semua orang dan menciptakan manfaat seluas mungkin. Kebijakan yang dihasilkan dari prinsip ini membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat, serta dukungan dari pemerintah. Prinsip ini dapat membantu masyarakat untuk lebih menikmati kegiatan pariwisata dan menciptakan manfaat ekonomi yang lebih luas. 2. Prinsip inklusi, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup semua aspek masyarakat dan ekonomi. Prinsip inklusi adalah salah satu prinsip yang digunakan untuk pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mencakup semua aspek masyarakat dan ekonomi. Ini berarti bahwa pengembangan pariwisata harus melibatkan semua segmen masyarakat dalam membuat keputusan, termasuk masyarakat lokal, pemerintah, bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan mengadopsi prinsip inklusi, kegiatan pariwisata dapat menciptakan dampak yang lebih positif bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan. Prinsip inklusi juga menekankan pentingnya partisipasi semua pihak dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Hal ini penting karena ini memungkinkan semua segmen masyarakat untuk secara langsung mempengaruhi keputusan yang dibuat tentang kegiatan pariwisata. Hal ini juga memungkinkan masyarakat lokal untuk berbagi pendapat dan masukan mereka tentang kegiatan pariwisata dan cara mengelola lingkungan alam dan sosial di sekitar area pariwisata. Partisipasi ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata tidak menghasilkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat setempat. Prinsip inklusi juga melibatkan aktivitas masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Hal ini penting agar masyarakat lokal dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari kegiatan pariwisata. Hal ini juga memungkinkan masyarakat lokal untuk mengembangkan kemampuan mereka dan memperoleh sumber penghasilan baru melalui kegiatan pariwisata. Aktivitas ini juga membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan membangun ekonomi lokal. Kesimpulannya, prinsip inklusi penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip ini menekankan pentingnya melibatkan semua segmen masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, serta menciptakan peluang bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari kegiatan pariwisata. Dengan mengikuti prinsip inklusi, pengembangan pariwisata dapat menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan. 3. Prinsip konservasi, yaitu kegiatan pariwisata harus disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya. Prinsip konservasi menjadi salah satu prinsip penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Konservasi adalah proses mengendalikan dan melestarikan lingkungan alam dan budaya agar tetap terjaga dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan dan budaya. Prinsip ini membantu dalam mengatur pengembangan pariwisata agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melindungi dan mempertahankan kelestarian lingkungan alam dan budaya. Prinsip konservasi dalam pengembangan kegiatan pariwisata terfokus pada tiga hal yaitu pengaturan ekosistem, konservasi sumber daya alam dan budaya, serta pengawasan pariwisata. Pertama, pengaturan ekosistem harus menjadi perhatian utama dalam kegiatan pariwisata. Pengaturan ekosistem meliputi pengelolaan habitat, penanggulangan polusi, dan pengendalian penyebaran hewan dan tumbuhan. Pengaturan ekosistem ini bertujuan untuk mencegah habitat yang terganggu dan memberikan keseimbangan lingkungan alam. Kedua, konservasi sumber daya alam dan budaya merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Sumber daya alam dan budaya merupakan bagian penting dari kegiatan pariwisata. Oleh karena itu, konservasi sumber daya alam dan budaya harus diprioritaskan agar tidak mengalami kerusakan yang signifikan. Pemerintah harus mengambil tindakan untuk mencegah pengelolaan sumber daya alam dan budaya yang tidak bertanggung jawab. Ketiga, pengawasan pariwisata harus dilakukan agar kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan aman dan tertib serta sesuai dengan prinsip konservasi. Pengawasan pariwisata adalah proses mengontrol dan memantau kegiatan pariwisata untuk mencegah dampak negatif seperti polusi, kerusakan habitat, dan penyebaran hewan dan tumbuhan yang tidak diinginkan. Kegiatan pariwisata harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan prinsip konservasi, sehingga dapat meminimalkan kerusakan lingkungan alam dan budaya. Kesimpulannya, prinsip konservasi harus diperhatikan dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip konservasi meliputi pengaturan ekosistem, konservasi sumber daya alam dan budaya, serta pengawasan pariwisata. Dengan mengikuti prinsip konservasi ini, kegiatan pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta melindungi dan mempertahankan kelestarian lingkungan alam dan budaya. 4. Prinsip ketahanan, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan untuk mendukung ketahanan masyarakat dan ekonomi. Prinsip ketahanan merupakan salah satu prinsip pengembangan kegiatan pariwisata yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pariwisata. Prinsip ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat mendukung ketahanan masyarakat dan ekonomi di daerah pariwisata. Ketahanan masyarakat dan ekonomi dapat dicapai dengan mengembangkan industri pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Usaha ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa setiap kegiatan pariwisata yang dikembangkan tidak mengganggu keseimbangan alam dan menghormati hak-hak masyarakat setempat. Selain itu, pemerintah daerah juga harus menjamin bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan tidak akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat setempat. Ketahanan ekonomi juga bisa dicapai dengan memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal. Usaha ini dapat dilakukan dengan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, dan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah pariwisata. Dengan demikian, masyarakat lokal dapat menikmati manfaat yang bisa didapat dari sektor pariwisata. Selain itu, prinsip ketahanan juga harus memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat berkembang dengan sehat. Usaha ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa setiap proses pengembangan kegiatan pariwisata di daerah pariwisata berjalan dengan aman, tertib, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, pemerintah daerah juga harus memastikan bahwa setiap kegiatan pariwisata yang dikembangkan akan menghasilkan produk dan layanan berkualitas. Kesimpulannya, prinsip ketahanan merupakan salah satu prinsip pengembangan kegiatan pariwisata yang penting untuk diperhatikan. Prinsip ketahanan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat mendukung ketahanan masyarakat dan ekonomi di daerah pariwisata, serta dapat membawa manfaat bagi masyarakat lokal. Selain itu, prinsip ketahanan juga harus memastikan bahwa setiap kegiatan pariwisata yang dikembangkan berjalan dengan aman, tertib, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Prinsip kesejahteraan, yaitu kegiatan pariwisata harus dikembangkan dalam komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prinsip kesejahteraan merupakan salah satu prinsip penting dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip ini menekankan bahwa pariwisata harus dikembangkan dalam komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini berarti bahwa kepentingan masyarakat yang berkepentingan harus diutamakan di atas kepentingan pemangku kepentingan lainnya yang terlibat dalam pariwisata. Komitmen untuk kesejahteraan masyarakat harus diberikan oleh pemangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata. Ini berarti bahwa semua kegiatan pariwisata harus memiliki tujuan yang jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan harus mencerminkan nilai-nilai yang menghormati dan melindungi hak asasi manusia. Komitmen ini juga harus ditunjukkan dalam bentuk tindakan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini berarti bahwa pemangku kepentingan harus menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau kepentingan bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan jangkauan akses ke fasilitas pariwisata, mengurangi dampak negatif pariwisata, mengembangkan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan, dan memastikan bahwa masyarakat lokal berpartisipasi dalam setiap proyek pariwisata. Selain itu, pemangku kepentingan juga harus memastikan bahwa masyarakat lokal menerima manfaat yang adil dari kegiatan pariwisata. Ini berarti bahwa pemangku kepentingan harus memastikan bahwa masyarakat lokal menerima kompensasi yang adil untuk setiap kehilangan yang mereka alami, dan mendapatkan keuntungan yang adil dari kegiatan pariwisata. Komitmen terhadap kesejahteraan masyarakat juga harus ditunjukkan melalui pembangunan infrastruktur sosial dan ekologis yang berkelanjutan. Ini berarti bahwa pemangku kepentingan harus memastikan bahwa kegiatan pariwisata tidak menyebabkan kerusakan ekologi atau menurunkan kualitas hidup masyarakat. Kesimpulannya, prinsip kesejahteraan adalah salah satu prinsip penting dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip ini memerlukan komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta tindakan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemangku kepentingan harus menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau bisnis, dan memastikan bahwa masyarakat lokal menerima manfaat yang adil dari kegiatan pariwisata. Selain itu, pemangku kepentingan juga harus memastikan bahwa kegiatan pariwisata tidak menyebabkan kerusakan ekologi atau menurunkan kualitas hidup masyarakat. 6. Prinsip partisipasi, yaitu masyarakat harus diikutsertakan dalam proses perencanaan dan pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip partisipasi merupakan salah satu dari 6 prinsip pengembangan kegiatan pariwisata. Prinsip ini menekankan bahwa masyarakat harus diikutsertakan dalam proses perencanaan dan pengembangan kegiatan pariwisata. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan menguntungkan masyarakat setempat, bukan hanya menguntungkan pengembang atau investor. Kegiatan pariwisata yang dikembangkan harus selaras dengan minat dan kebutuhan masyarakat setempat. Dengan partisipasi masyarakat, pengembang pariwisata dapat memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat dan menyesuaikan perencanaan dan pengembangan kegiatan pariwisata sesuai dengan kebutuhan tersebut. Partisipasi masyarakat juga penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai budaya dan budaya lokal yang ada di daerah yang bersangkutan. Partisipasi masyarakat juga penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat setempat, baik secara ekonomi maupun sosial. Dengan partisipasi masyarakat, masyarakat setempat akan lebih memahami kegiatan pariwisata yang dikembangkan dan lebih cenderung mendukungnya. Partisipasi masyarakat juga penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan tidak merugikan lingkungan. Masyarakat setempat akan memiliki pandangan yang lebih luas tentang bagaimana kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat memberikan manfaat dan melindungi lingkungan. Partisipasi masyarakat juga penting dalam memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan berkelanjutan. Masyarakat setempat akan memiliki pandangan yang lebih luas tentang bagaimana kegiatan pariwisata yang dikembangkan dapat berkelanjutan dan menghasilkan manfaat jangka panjang. Kesimpulannya, partisipasi masyarakat merupakan salah satu prinsip penting dalam pengembangan kegiatan pariwisata. Dengan partisipasi masyarakat, pengembang pariwisata dapat memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat dan menyesuaikan perencanaan dan pengembangan kegiatan pariwisata sesuai dengan kebutuhan tersebut. Partisipasi masyarakat juga penting untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai budaya dan budaya lokal yang ada di daerah yang bersangkutan, memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat setempat dan melindungi lingkungan, serta berkelanjutan. 7. Prinsip tanggung jawab, yaitu pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan dengan tanggung jawab yang tinggi. Prinsip tanggung jawab merupakan salah satu prinsip pengembangan kegiatan pariwisata yang penting untuk diperhatikan. Hal ini karena pengembangan kegiatan pariwisata memiliki dampak yang luas, baik secara ekonomi maupun sosial. Prinsip tanggung jawab ini menekankan bahwa pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan dengan tanggung jawab yang tinggi. Pertama, pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan secara berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pariwisata tidak merusak lingkungan. Untuk itu, pengelola kegiatan pariwisata harus mengikuti berbagai ketentuan dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya, pengelola kegiatan pariwisata harus mematuhi regulasi lingkungan dan menghormati hak-hak masyarakat setempat. Kedua, pengembangan kegiatan pariwisata harus memperhatikan hak-hak asasi manusia. Usaha pariwisata yang dilakukan harus menjamin hak-hak asasi manusia yang berlaku di masyarakat. Hal ini penting agar hak-hak asasi manusia tidak dilanggar dalam proses pengembangan kegiatan pariwisata. Ketiga, pengembangan kegiatan pariwisata harus berwawasan ekonomi. Pihak pengelola kegiatan pariwisata harus terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Misalnya, pengelola kegiatan pariwisata harus memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat agar mereka dapat bekerja di bidang pariwisata. Keempat, pengembangan kegiatan pariwisata harus memperhatikan kualitas pelayanan. Pihak pengelola kegiatan pariwisata harus memastikan bahwa pelayanan yang diberikan kepada para wisatawan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Misalnya, pengelola kegiatan pariwisata harus memastikan bahwa para wisatawan mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Kelima, pengembangan kegiatan pariwisata harus menjaga keamanan. Pihak pengelola kegiatan pariwisata harus memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dilakukan aman dan nyaman bagi para wisatawan. Hal ini penting agar para wisatawan tidak merasa tidak nyaman atau terancam dalam kegiatan pariwisata yang dilakukan. Keenam, pengembangan kegiatan pariwisata harus mengutamakan kesejahteraan masyarakat setempat. Pihak pengelola kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa kegiatan pariwisata yang dilakukan tidak merugikan masyarakat setempat. Misalnya, pengelola kegiatan pariwisata harus memastikan bahwa mereka dapat mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata yang dilakukan. Ketujuh, pengembangan kegiatan pariwisata harus berwawasan budaya. Pihak pengelola kegiatan pariwisata harus memastikan bahwa kegiatan pariwisata yang dilakukan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat. Hal ini penting agar kegiatan pariwisata yang dilakukan dapat disambut dengan baik oleh masyarakat setempat. Kesimpulannya, prinsip tanggung jawab merupakan salah satu prinsip pengembangan kegiatan pariwisata yang penting untuk diperhatikan. Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan dengan tanggung jawab yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan pariwisata yang dilakukan tidak merugikan masyarakat setempat, baik secara ekonomi maupun sosial. Abstrak Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada keadaan pariwisata di Pulau Karampuang dan pengembangan yang telah dilakukan. Isu kelestarian alam mendorong penulis untuk mengkaji tentang pengembangan produk wisata Karampuang dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sejauh manakah prinsip ekowisata bahari diterapkan dalam usaha maupun program pengembangan produk wisata Karampuang yang meliputi aksesibilitas, atraksi wisata, dan fasilitas wisata. Selanjutnya, diharapkan aspek-aspek pengembangan yang belum menerapkan prinsip ekowisata bahari dapat menjadi fokus perhatian untuk program pengembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsitf kualitatif yang berusaha untuk memaparkan keadaan pariwisata di Karampuang secara apa adanya. Pengambilan data dilakukan dengan observasi partisipasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumen terkait. Data dianalisis dengan secara langsung dengan tahapan a reduction, b serving, dan c verification. Setelah melalui tahapan tersebut, data kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa secara garis besar, usaha dan program pengembangan prouk wisata Karampuang telah menggunakan prinsip ekowisata bahari sebagai acuannya demi menjaga kelestarian alam yang pada akhirnya akan mewujudkan sustainable tourism. Namun demikian, terdapat beberapa aspek yang masih dapat ditingkatkan dalam hal penerapan prinsip ekowisata bahari dalam pengembangan atau pengelolaan wisata di Pulau Karampuang. Sementara itu, penelitian ini memiliki implikasi praktis untuk pengelola wisata Karampuang sebagai dasar untuk pengembangan produk wisata dengan berpedoman pada prinsip ekowisata bahari demi terwujudnya sustainable tourism di masa depan. AbstractThis research was conducted based on the state of tourism in Karampuang Island and the developments that have been carried out. The issue of nature preservation encourages the author to study the development of Karampuang tourism products based on the principles of marine ecotourism. The purpose of this study is to identify the extent to which the principles of marine ecotourism are applied in the business and development program of Karampuang tourism products which include accessibility, tourist attractions and tourist facilities. Furthermore, it is hoped that development aspects that have not applied the principles of marine ecotourism can become the focus of attention for their development programs. This research is a qualitative descriptive study that seeks to describe the state of tourism in Karampuang as it is. Data were collected by participatory observation, interviews, literature study, and related document studies. Data were analyzed directly with the stages a reduction, b serving, and c verification. After going through these stages, the data is then interpreted to get a final conclusion. The results of this study indicate that broadly speaking, the Karampuang tourism product development program and business have used the principle of marine ecotourism as a reference in order to preserve nature which will ultimately create sustainable tourism. However, there are several aspects that can be improved in terms of the application of the principles of marine ecotourism in the development or management of tourism in Karampuang Island. Meanwhile, this research has practical implications for Karampuang tourism managers as a basis for developing tourism products based on the principles of marine ecotourism for the realization of sustainable tourism in the future. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 12, Nomor 2, 2020 ISSN Cetak 1411-9862 Jurnal Nasional Pariwisata [126-139] Sotya Sasongko*; Janianton Damanik; Henry Brahmantya Pu sat S tud i Pariw isata, Universitas Gadjah M ada * corres po nding a uthor ko kopus pa r c. id Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan AbstrakPenelitian ini dilakukan berdasarkan pada keadaan pariwisata di Pulau Karampuang dan pengembangan yang telah dilakukan. Isu kelestarian alam mendorong penulis untuk mengkaji tentang pengembangan produk wisata Karampuang dengan berpedoman pada prinsip-prinsip ekowisata bahari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sejauh manakah prinsip ekowisata bahari diterapkan dalam usaha maupun program pengembangan produk wisata Karampuang yang meliputi aksesibilitas, atraksi wisata, dan fasilitas wisata. Selanjutnya, diharapkan aspek-aspek pengembangan yang belum menerapkan prinsip ekowisata bahari dapat menjadi fokus perhatian untuk program pengembangannya. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsitf kualitatif yang berusaha untuk memaparkan keadaan pariwisata di Karampuang secara apa adanya. Pengambilan data dilakukan dengan observasi partisipasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumen terkait. Data dianalisis dengan secara langsung dengan tahapan a reduction, b serving, dan c verification. Setelah melalui tahapan tersebut, data kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa secara garis besar, usaha dan program pengembangan prouk wisata Karampuang telah menggunakan prinsip ekowisata bahari sebagai acuannya demi menjaga kelestarian alam yang pada akhirnya akan mewujudkan sustainable tourism. Namun demikian, terdapat beberapa aspek yang masih dapat ditingkatkan dalam hal penerapan prinsip ekowisata bahari dalam pengembangan atau pengelolaan wisata di Pulau Karampuang. Sementara itu, penelitian ini memiliki implikasi praktis untuk pengelola wisata Karampuang sebagai dasar untuk pengembangan produk wisata dengan berpedoman pada prinsip ekowisata bahari demi terwujudnya sustainable tourism di masa depan. Kata kunci pengembangan wisata; produk wisata; ekowisata bahari; Pulau Karampuang; sustainable tourism Abstract This research was conducted based on the state of tourism in Karampuang Island and the developments that have been carried out. The issue of nature preservation encourages the author to study the development of Karampuang tourism products based on the principles of marine ecotourism. The purpose of this study is to identify the extent to which the principles of marine ecotourism are applied in the business and development program of Karampuang tourism products which include accessibility, tourist attractions and tourist facilities. Furthermore, it is hoped that development aspects that have not applied the principles of marine ecotourism can become the focus of attention for their development programs. This research is a qualitative descriptive study that seeks to describe the state of tourism in Karampuang as it is. Data were collected by participatory observation, interviews, literature study, and related document studies. Data were analyzed directly with the stages a reduction, b serving, and c verification. After going through these stages, the data is then interpreted to get a final conclusion. The results of this study indicate that broadly speaking, the Karampuang tourism product development program and business have used the principle of marine ecotourism as a reference in order to preserve nature which will ultimately create sustainable tourism. However, there are several aspects that can be improved in terms of the application of the principles of marine ecotourism in the development or management of tourism in Karampuang Island. Meanwhile, this research has practical implications for Karampuang tourism managers as a basis for developing tourism products based on the principles of marine ecotourism for the realization of sustainable tourism in the future. Key words tourism development; tourism products; marine ecotourism; Karampuang Island; sustainable tourism Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 PENDAHULUAN Keadaan alam Indonesia sangat didominsai oleh gugusan pulau-pulau. Tidak hanya pulau-pulau besar seperti Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua, deretan pulau-pulau kecil di antara pulau-pulau besar tersebut juga menjadi kekayaan alam Indonesia. Keadaan geografis tersebut menyebabkan Indonesia memiliki ciri khas sangat kental terkait kabaharian, khususnya dalam bidang pariwisata yang menawarkan berbagai atraksi wisata bahari yang menakjubkan. Dalam buku Pedoman Ekowisata Bahari dijelaskan bahwa Indonesia sebagai negara kepualauan dengan posisi geografis yang dikelilingi oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik memiliki unggulan potensi atraksi alam ciri khas kebaharian. Yulius et al., 2018. Pendapat lain mengutarakan bahwa sumber daya ekowisata bahari merupakan potensi alam yang terkait dengan kelautan atau kebaharian yang dapat dieksplorasi dan dikelola untuk pengembangan produk pariwisata bahari tersebut. Zona ekowisata bahari terbagi ke dalam tiga area yaitu daratan atau pantai, laut perairan sekitar pantai dan lepas, dan dasar laut Dwi Mukti Wibowo, 2020. Salah satu pulau yang memiliki potensi tersebut adalah Pulau Karampuang yang terletak di Provinsi Sulawesi Barat dianugerahi dengan berbagai daya tarik wisata alam dan budaya yang indah. Ironisnya, kunjungan pariwisata relatif rendah. Pada tahun 2017 tercatat kunjungan domestik pariwisata Sulawesi Barat sebanyak dan 723 untuk kunjungan mancanegara Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2018. Padahal, provinsi ini telah sebetulnya mempunyai Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, 2018. Produk pariwisata memiliki perbedaan dari berbagai produk dan jasa di bidang lainnya. Pemahaman tentang produk pariwisata melibatkan komponen yang lebih kompleks karena tidak terbatas pada suatu produk itu sendiri, namun juga bagaimana wisatawan dapat mengaksesnya dan mendapatkannya. Middleton, 2001 memberikan pengertian produk wisata secara komprehensif bahwa “the tourist products to be considered as an amalgam of three main components of attraction, facilities at the destination and accessibility of the destination”. Secara rinci, elemen dasar dari suatu produk wisata adalah atraksi, fasilitas, dan akses wisata. Selanjutnya, Suswantoro, 2007 mengutarakan bahwa produk pariwisata merupakan segala sesuatu yang dirasa dan diperoleh oleh wisatawan mulai saat meninggalkan tempat tinggal sampai ke destinasi wisata hingga kembali ke tempat tinggal. Unsur produk pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti, 2002 adalah daya tarik atau atraksi wisata, fasilitas, dan akses wisata yang ditawarkan. Produk pariwisata terbagi menjadi produk yang memiliki fisik tangible dan produk yang tidak memiliki wujud fisik -jasa- intangible. Burns & Holden, 1995 menyatakan bahwa produk wisata sebagai sesuatu yang dapat dikoersialkan dan diciptakan dengan mengintegrasikan berbagai komponen faktor produksi, ketertarikan konsumen terhadap destinasi wisata, dan berbagai kebudayaan lokal serta festivalnya. Menurut Kotler & Armstrong, 1989 produk wisata adalah semua hal yang ditawarkan kepada pasar wisata atau konsumen untuk mendapatkan kepuasan atas keinginan di dalam objek fisik, layanan, SDM yang terlibat di dalam suatu wadah dan inovasi-inovasi baru. Setelah mengetahui dan memahami berbagai pemikiran mengenai produk pariwisata dari berbagai ahli di atas, serta menyimpulkan garis besar dari pemahaman dan elemen produk pariwisata, selanjutnya akan diuraiakan gambaran mengenai produk pariwisata di Pulau Karampuang yang dalam penelitian ini dibatasi dalam tiga elemen yakni atraksi wisata, aksesibilitas, dan fasilitas. Tabel 1. Jenis Produk Pariwisata Berdasarkan Hasil Obesrvasi ▪ Daya tarik / atraksi wisata ▪ Aksesibilitas menuju dan di dalam objek ▪ Sarana prasarana wisata Sumber Data Penelitian, 2019 Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al. a. Aksesibilitas Pulau Karampuang berjarak 3 km dari Kota Mamuju, Sulawesi Barat dan diakses menggunakan perahu motor yang tersedia di area Tempat Pelelangan Ikan TPI Kasawi di Mamuju, selama sekitar 30 menit. Kondisi perairan yang relatif tenang, wisatawan akan dimanjakan oleh pemandangan lepas yang menawan dan disuguhi kesyahduan matahari terbit dan terbenam yang begitu hikmat. Selain untuk transportasi wisata, perahu motor ini juga merupakan kendaraan rutin penduduk Karampuang menuju ke Mamuju untuk bekerja ataupun sekolah. Pulau Karampuang memiliki dua dermaga yang akan menyambut wisatawan yakni dermaga 1 yang terletak di pemukiman penduduk, dan dermaga 2 di Ujung Bulo. b. Atraksi Wisata Secara garis besar, produk wisata yang dimiliki pulau Karampuang merupakan atraksi wisata bahari. Namun demikian, ada beberapa alternatif atraksi wisata darat yang ditawarkan meskipun masih dalam area yang dekat dengan pantai atau laut. Berbagai atraksi wisata tersebut terbagi menjadi beberapa jenis yakni snorkeling, diving, pesisir pantai, sunset view, jelajah hutan lindung, goa, dan sumber air sumur legendaris. Snorkeling dan diving merupakan primadona di kawasan tersebut dengan sajian keindahan aneka terumbu karang dari soft hingga hard coral. Tidak perlu penyelaman yang terlalu dalam, wisatawan akan dimanjakan dengan keindahan dunia bawah laut hanya dengan kedalaman dua hingga empat meter. c. Fasilitas Wisata Tidak dapat dipungkiri jika fasilitas pendukung wisata di Ujung Bulo masih terbatas. Keberadaan dermaga, gazebo, jalan setapak, warung makan, dan lapak souvenir masih terkesan seadanya. Meski begitu, pasokan listrik telah masuk ke Pulau Karampuang yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya Solar Cell. Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berusaha untuk mengkaji pengembangan produk wisata dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip ekowisata bahari untuk mencapai sustainable tourism. Konsep ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan pada stakeholders dalam rangka pengembangan pariwisata yang lebih fokus dan terarah. Sehingga pada akhirnya dapat terwujud pariwisata berkelanjutan sustainable tourism yang dapat menjadi penggerak perekonomian Karampuang. Secara detail, penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengidentifikasi jenis-jenis produk wisata Pulau Karampuang. 2. Menganalisis implementasi konsep ekowisata bahari dalam pengembangan produk wisata. 3. Menganalisis keterkaitan konsep ekowisata bahari dengan sustainable tourism. Pada akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi secara nyata kepada pemerintah daerah untuk menyusun rancangan pembangunan dan pengembangan produk wisata Karampuang yang tidak merusak ekosistem. Misalnya adalah layout dan konstruksi kios-kios kuliner dan souvenir supaya tidak merusak konstruksi tanah di sekitar pantai yang dapat menyebabkan abrasi. Selain ini, penelitian ini diharapkan akan memberikan kesadaran bagi warga masyarakat Karampuang agar lebih peduli terhadap lingkungan alam sekitar dalam pengelolaan pariwisata. TINJAUAN PUSTAKA Akhir-akhir ini, pariwisata tidak lagi sekedar memiliki tujuan rekreatif. Lebih dari itu, saat ini pariwisata juga memiliki tujuan edukasi dan bahkan pelestarian alam. Konsep tersebut saat ini lebih populer dengan istilah ekowisata. Ekowisata merupakan suatu konsep tentang mencapai keinginan dan kepuasan akan alam, tentang eksploitasi wisata alam untuk kepentingan konservasi dan pengembangan, dan tentang mencegah dampak negatif dari kegiatan pariwisata tersebut terhadap alam Lindberg & Hawkins, 1995. Pemikiran lain tentang ekowisata adalah suatu kegiatan pariwisata di daerah yang masih alami harus mengintegrasikan seluruh elemen seperti pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat, serta harus memberikan dampak positif tidak hanya untuk pelaku pariwisata namun juga untuk lingkungan alam dalam bentuk Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 usaha-usaha pelestarian alam atau daerah wisata tersebut. Fandeli & Mukhlison, 2000 Sesuai dengan keadaan wilayah Pulau Karampuang dan produk-produk wisatanya, ekowisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalan ekowisata bahari sebagaimana Sebagian besar produk wisatanya adalah wisata laut dan pantai. Menurut Pemerintah Republik Indonesia, 2009 dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata bahari merupakan berbagai upaya untuk menggelar kegiatan pariwisata dan olah raga air yang meliputi penyediaan berbagai fasilitas dan jasa lainnya yang secara profesional dikelola untuk tujuan komersial di daerah pesisir pantai, perairan laut, danau, sungai, dan waduk. Ahli lain juga berpendapat bahwa ekowisata bahari termasuk ke dalam jenis wisata minat khusus terhadap kegiatan wisata lkelautan baik dilakukan di permukaan maupun di dasar laut. Samiyono & Trismadi, 2001. Zona ekowisata bahari terbagi menjadi tiga yakni permukaan laut, bawah laut, maupun di pesisir laut yang menawarkan berbagai atraksi wisata air atau kelautan dalam kemasan eco-tourism. Beberapa atraksi wisata bahari yang dapat dinikmati oleh wisatawan adalah taman laut, Kawasan hutan mangrove, flora dan fauna laut, terumbu karang, dan pantai Yulius et al., 2018. Seperti telah dijelaskan sebelumnya mengenai produk wisata Pulau Karampuang yang sangat kental dengan kelautan, dalam tulisan ini, ekowisata yang dimaksud cenderung kepada ekowisata bahari. Lebih dalam lagi, ekowisata bahari merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir yang tetap memperhatikan kelestarian dan keseimbangan alam yang menjadi daya tarik wisata tersebut. Wisata bahari berpotensi untuk menurunkan kualitas dan keseimbangan alam, oleh karena itu sangat diperlukan usaha-usaha untuk menjaga kelestarian alam khususnya di daerah wisata bahari tersebut agar kegiatan pariwisata dapat terus berlanjut sustainable tourism. Ketjulan, 2010. Di sisi lain, dilihat dari aspek konservasi, ekowisata bahari justru bentuk pelestarian sumberdaya laut dan pantai. Ini karena prinsip ekowisata berdasar pada pencegahan rusaknya ekosistem laut akibat dampak negatif kegiatan pariwisata. Sehingga ketika alam yang rusak telah berhasil dikonservasi, maka fungsinya sebagai penyangga kehidupan akan kembali dan bahkan akan mendatangkan manfaat secara ekonomi melalui kegiatan pariwisata dan perikanan yang lebih produktif. Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh prinsip atau konsep ekowisata bahari telah diterapkan dalam pengembangan produk pariwisata di Pulau Karampuang guna mencapai tujuan sustainable tourism. Konsep pariwisata berkelanjutan menjadi sangat populer belakangan ini. Ini juga menyebabkan bertambahnya jumlah investasi pariwisata yang seharusnya memberikan dampak positif bagi semua pihak asalkan para pelaku wisata dapat dan mau menjaga dan menyatu dengan alam. Oleh sebab itu, dalam penelitiannya, Arida, menyampaikan bahwa beberapa sektor publik bertekad untuk menjadikan konsep sustainable tourism sebagai prioritas agar dapat menjaga dan melestarikan sumber – sumber pariwisata alam demi kepentingan di masa depan juga. Pengembangan pariwisata ataupun produk pariwisata yang didasarkan pada konsep atau prisnsip ekowisata memang menawarkan hasil yang ideal dan seimbang baik bagi manusia sebagai pelaku wisata maupun bagi alam sebagai objek wisata. Penerapan prinsip ekowisata dalam pengembangan pariwisata akan memberikan batasan-batasan perilaku bagi manusia sebagai pelaku wisata tanpa harus mengurangi aspek kepuasan wisata. Ini dimaksudkan supaya alam dapat bertahan dan tetap lestari, sehingga pariwisata dapat berlangsung selama mungkin dengan tidak membawa kerusakan bagi alam. Sebuah riset sebelumnya menyatakan bahwa terdapat peluang dalam pengembangan produk ekowisata bahari. Selain itu, dalam pengembangan wisata bahari tersebut, harus diperhatikan penerapan prinsip-prinsip ekowisata bahari. Yang juga harus diperhatikan adalah Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al. bahwa peluang pengembangan produk pariwisata yang meliputi produk dan fasilitas wisata baru tidak akan memberikan dampak negatif atau merusak produk yang telah ada sebelumnya, maupun kegiatan pariwisata secara keseluruhan. Nazhima & Arida, 2019. Peneliti lain menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh warga masyarakat Pantai Bangsring dalam mengelola pariwisata merupakan salah satu usaha untuk memelihara ekosistem terumbu karang di Pantai Bangsring sehingga pengunjung Pantai Bangsring tidak hanya snorkeling di Pantai Bangsring namun pengunjung juga dapat melakukan aktivitas yang lain Budiman et al., 2017. Selain itu, dalam pengembangan daerah wisata di Pantai Malalayang, strategi utama yang dilaksanakan adalah dengan cara menjaga kelestarian sumber daya laut, keberagaman biota laut di Pantai Malalayang, menata sarana dan prasarana wisata, dan mengembangkan potensi kuliner lokal Razak et al., 2017. METODE PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah rapid assesment berbasis pada observasi, Focus Group Discussion FGD, dan pengumpulan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dan FGD. Sementara data sekunder diperoleh dengan menelaah berbagai sumber seperti jurnal, buku, undang-undang, dan dokumen kebijakan kepariwisataan baik di tingkat daerah maupun nasional. 2. Analisis Data Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan objek penelitian secara faktual sesuai dengan keadaan yang ada Nawawi & Martini, 1996. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan upaya untuk menyajikan serangkaian fenomena secara apa adanya ketika penelitian dilaksanakan Muchtar, 2013. Selanjutnya, juga mengacu pada Muchtar, 2013, analisis data dilakukan secara langsung melalui tahapan 1 reduction yakni penulis memilah data yang diperlukan yang dalam hal ini merupakan pengembangan produk pariwisata Karampuang yang dilihat dengan prinsip ekowisata bahari, 2 serving yakni penulis menampilkan data yang telah dipilah, dan 3 verification yakni penulis menyimpulkan hasil analisis pengembangan produk pariwisata Karampuang dilihat dengan prinsip ekowisata bahari. Pada akhirnya akan didapatkan seberapa jauh pengembangan produk pariwisata di Karampuang yang telah mempertimbangkan prinsip-prinsip ekowisata bahari. 3. Kerangka Berpikir HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Produk Wisata Karampuang Kawasan Pulau Karampuang memiliki konfigurasi landscape yang unik dan menawan, dengan dilingkupi bukit-bukit berupa cliff yang tertutup rindangnya pepohonan. Beberapa gugusan pantainya dihampari pasir putih bersih. Keindahan bawah laut terterawang dengan jelas karena kejernihan airnya. Zonasi diperlukan untuk menjaga kelestarian, keindahaan, dan kebersihan pantai. Penentuan zonasi ini didasarkan pada konsep landscape asessment. Zonasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu perlindungan dan pemanfaatan. Zona perlindungan dalam konsep adalah untuk menjaga proses alamiah meskipun terdapat aktivitas pariwisata di sekitarnya. Sementara zona pemanfaatan ditujukan untuk menjaga ekosistem dan sosiosistem masyarakat lokal di Kawasan Pulau Karampuang. 1 Persiapan ▪Review data sekunder ▪Desain/metodologi ▪Penyiapan instrumen Pengambilan Data ▪Observasi ▪FGD ▪Wawancara 3 Analisis Data tentang Penerapan Konsep Ekowisata Bahari Karampuang dengan penerapan prinsip ekowisata bahari dalam pengembangan produk pariwisata Karampuang Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 a. Snorkeling dan Diving Suguhan daya tarik wisata di Pulau Karampuang memang tidak terbantahkan keindahannya. Snorkeling dan diving merupakan primadona di kawasan tersebut. Atraksi ini menawarkan kemurnian dan keindahan terumbu karang baik jenis soft coral maupun hard coral. Wisatawan dapat dengan mudah melakukan snorkeling di sekitar dermaga Ujung Bulo dan lokasi-lokasi lain di kawasan Pulau Karampuang. Tidak perlu penyelaman yang terlalu dalam, wisatawan sudah dimanjakan dengan keindahan dunia bawah laut hanya dengan kedalaman dua hingga empat meter. Salah satu lokasi diving yang paling favorit adalah Wall Site yang yang menyimpan gugsan terumbu karang yang membentuk dinding besar. Spot ini memberikan sensasi pengalaman diving yang spesial karena keragaman biota lautnya yang masih terjaga merupakan surga dunia bawah laut yang tidak akan menjemukan. b. Pesisir Pantai Gugusan pantai di Karampuang dikenal dengan kebersihan dan suasana damainya saat bersantai. Dihampari dengan pasir putih yang masih bersih, pantai-pantai di Karampuang tidak pernah gagal untuk mewujudkan fungsi rekreatifnya bagi para wisatawan yang menikmatinya. c. Sunset View Suasana damai dan syahdu akan semakin terasa ketika momen matahari tenggelam di waktu petang tiba saat wisatawan sedang bersantai dan bercengekerama di gugusan pantai Karampuang. Perpaduan antara hamparan pasir putih, deru ombak, hutan bakau, dan semburat matahari tenggelam sunset merupakan atraksi wisata yang menakjubkan yang tidak boleh dilewatkan di Karampuang. d. Gua Lidah Selain dunia bawah laut, Pulau Karampuang masih menyimpan atraksi wisata lainnya yaitu wisata Gua Lidah yang terdapat di daratan sekitar pantai. Bagi wisatawan yang suka memacu adrenalin, Gua Lidah memiliki anak tangga sebagai akses untuk menuju ke bagian dalam goa. Sekilas, goa ini seperti kecil, namun di dalamnya tersembunyi area yang luas dengan dinding kokoh setelah berhasil menyusuri anak tangga tersebut. e. Hutan Kelelawar Salah satu yang ditawarkan oleh Hutan Kelelawar ini adalah wisata petualangan. Di dalam hutan tersebut, terdapat beberapa atraksi wisata seperti selfie point dan bird watching. Di dalam hutan tersebut telah terdapat jalur pejalan kaki yang memudahkan wisatawan untuk berpetualang di dalam hutan. f. Sumur Tiga Rasa Bagi wisatawan yang menyukai mitologi, Pulau Karampuang juga memiliki daya tarik wisata mitologi berupa sumur tiga rasa atau lebih populer dengan nama Sumur Jodoh. Terletak di bagian selatan Karampuang, sumur ini diyakini dapat mendatangkan jodoh bagi siapa saja yang meminum air dari sumur tersebut. Air di dalam sumur ini mengandung tiga rasa berbeda yaitu tawar, asin, dan disertai rasa air payau. 2. Pengembangan Produk dengan Prinsip Ekowisata Bahari Terkait prinsip ekowisata bahari, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, 2018 melalui Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi Ripparprov merumuskan Visi Pembangunan Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat yaitu “Mewujudkan Provinsi Sulawesi Barat Sebagai Destinasi Wisata Nasional Berkelas Dunia, Berkelanjutan, Berbasis pada Kearifan Lokal, Yang Mendorong Pembangunan Daerah, Kesejahteraan Masyarakat dan Malaqbi”. Sedangkan Misinya adalah 1 Memanfaatkan secara lestari sumber daya alam, budaya dan buatan sebagai objek potensial pembangunan pariwisata dengan melibatkan peran aktif masyarakat lokal di Sulawesi Barat. 2 Meningkatkan daya saing pariwisata Provinsi Sulawesi Barat baik pada tingkat nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan. 3 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM, kelembagaan dan infrastrktur serta sarana dan prasarana pariwisata. 4 Menjadikan pariwisata sebagai wahana pemberdayaan masyarakat, meningkatkan Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al. kreativitas, penciptaan dan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha. 5 Mempromosikan potensi pariwisata Provinsi Sulawesi Barat dengan menjalin kerjasama dengan daerah lain baik dalam negeri maupun luar negeri. 6 Mengembangkan daerah tujuan wisata di Sulawesi Barat yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai dan berwawasan lingkungan sehingga mampu meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. 7 Mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara ke Sulawesi Barat. 8 Mengembangkan industri pariwisata di Sulawesi Barat yang berdaya saing, kredibel, mampu menggerakan kemitraan usaha, bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan dan sosial budaya. 9 Mengembangkan organisasi pemerintah daerah, swasta dan masyarakat di Sulawesi Barat, mengembangkan sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya kepariwisataan yang berkelanjutan. 10 Mendorong kemajuan daerah secara merata melalui optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan potensi wisata serta pengembangan kerjasama antar daerah dan kemitraan antar pelaku dalam pengelolaan pariwisata. Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai konsep dan prinsip ekowisata di bagian pendahuluan sebelumnya, setidaknya terdapat tiga butir yang secara langsung merujuk pada prinsip atau konsep ekowisata, yakni butir 1 memanfaatkan secara lestari sumber daya alam, 6 berwawasan lingkungan, dan 8 bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam. Konsep pengembangan ekowisata bahari didasari oleh latar belakang demografis kelautan yang dimiliki oleh Pulau Karampuang. Pantai, laut, wisata bawah air terumbu karang dan biota laut, Kawasan mangrove, ekosistem kelelawar, dan gua lidah merupakan sumber daya wisata alam yang dapat disinergikan menjadi kesatuan atraksi wisata yang menawarkan topografi pantai sebagai wisata bahari serta keindahan pantai sebagai wisata rekreatif. Dengan adanya daya tarik wisata terumbu karang, misi pariwisata berkelanjutan sangat penting untuk diserukan. Kegiatan konservasi bawah laut yang dikemas sebagai wisata edukasi dapat dipilih sebagai salah satu alternatif. Paket transplantasi terumbu karang untuk penyelamatan kelestarian terumbu karang sangat prospektif untuk diterapkan. Selain berkelanjutan wisata ini juga harus menyuarakan berbagai kegiatan positif peduli lingkungan. Ini akan memperkuat branding Pulau Karampuang. Selain itu, pengembangan produk wisata di Karampuang juga sebaiknya dilakukan dengan konsep wisata minat khusus supaya tidak terjadi wisata massal dengan jumlah wisatawan yang berlebih demi keberlangsungan ekosistem sekitar. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena memiliki minat tertentu dari objek atau kegiatan di daerah tujuan wisata tertentu. Tujuan wisata khusus ini harus direncanakan dan dikembangkan secara khusus Weiler & Hall, 1992. Dalam suatu daerah tujuan wisata terutama daerah pesisir pantai seperti di Pulau Karampuang setidaknya ada beberapa aktivitas yang dilakukan yaitu aktivitas wisata, aktivitas perikanan tangkap dan aktivitas penduduk nelayan atau penduduk yang bermukim di sekitar pesisir pantai. Agar konsep ekowisata bahari dan sustainable tourism dapat disosialisasikan dan diiimplementasikan dengan baik, maka penduduk yang menghuni wilayah tersebut dan melakukan aktivitas mereka di Pulau Karampuang harus senantiasa diperhatikan dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan dan pengembangan pariwisata. Salah satu upaya tersebut adalah dengan penerapan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat atau CBT Community-Based Tourism. Dengan konsep CBT, kesadaran mereka akan pariwisata akan terbentuk dan bahkan akan menjadi tata cara hidup bagi masyarakat lokal local way of life. Sehingga ketika warga telah memahami dan menyadari bahwa pariwisata merupakan bagian dari kehidupan mereka, maka mereka akan Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 dengan senang hati mengelola pariwisata dan pada akhirnya tujuan sustainable tourism akan tercapai. Akan tetapi, konsep ekowisata bahari juga menyimpan kekhawatiran ketika konsep tersebut hanya dijadikan label semata untuk kampanye atau promosi pariwisata demi keuntungan atau profit yang besar semata tanpa mempedulikan keadaan alam. Selain itu, kekhawatiran lain muncul jika pada praktiknya, konsep tersebut disalahartikan sebagai “wisata bahari”. Kedua konsep tersebut tentu sangat berbeda. Wisata bahari adalah berbagai kegiatan wisata yang memanfaatkan sumber daya kelautan seperti diving, snorkeling, memancing, dan sebagainya Ketjulan, 2010. a. Pengembangan akses dalam kawasan wisata Konfigurasi kawasan Pulau Karampuang sebagian merupakan dataran dan sebagian perbukitan. Area yang berupa dataran berada di Kawasan pinggiran pulau yang dijadikan sebagai area pemukiman penduduk di kawasan Desa Karampuang 1 dan desa Ujung Bulo. Sementara kawasan perbukitan terdapat di sebagian sisi pulau dan di tengah pulau. Berdasarkan kondisi geomorfologi ini ditetapkan zona lindung di perbukitan. Kawasan lindung ini dikelola secara konservasi. Zona ini boleh dimanfaatkan secara sangat terbatas. Untuk akses ke tempat ini tidak dibangun jalan beraspal tetapi jalur trekking conblock/paving dan sebagian jalan tanah/pasir. Di kiri kanan jalan setapak ini dibuat drop structure yang dilengkapi dengan bangunan peresapan air hujan. Untuk menghubungkan antar zona yang dipisahkan oleh pantai dan hutan dibuat dermaga khusus kapal wisata. Kapal wisata ini digunakan untuk mengangkut wisatawan yang ingin melakukan kegiatan selam Diving dan Snorkeling. Antar zona dapat dihubungkan jalan perdesaan. Pengembangan akses ini dapat dilakukan tetapi diharapkan untuk tidak merugikan zona lindung dan zona lainnya. Zona perlindungan perairan laut dan sempadan pantai mempunyai keterbatasan, sehingga diharapkan nantinya di dalam pengembangan akses tidak ada bangunan yang didirikan. Kemudian antar zona yang berada di area semakin kearah daratan maka akses lebih banyak pilihan. Tetapi arah jalan harus tegak lurus pada garis pantai. Hal ini dimaksudkan agar kerusakan tidak terjadi sepanjang garis pantai. Konstruksi jalan sebaiknya menggunakan conblock paving blok. Adanya conblock dimungkinkan air bisa masuk meresap ke dalam tanah. Syarat untuk pembuatan jalan dibangun tegak lurus dengan garis pantai. Apabila ingin membuat jalan memanjang sepanjang garis pantai hanya boleh dilakukan pada batas terluar zona yang ada di kawasan yang datar. Pada setiap jalan yang dibuat, ditepinya ditanami dengan tanaman perindang. Jalur ini bisa digunakan sebagai jalur trekking sepeda berkeliling Pulau Karampuang. Pengadaan jalur sepeda adalah salah satu rencana pengembangan pariwisata dalam mewadahi mobilitas para pengunjung sehingga pengunjung dapat bekeliling kampung dan pemukiman di Pulau Karampuang sambal menikmati pemandangan sekitar. Ruang publik dan peraturan mengenai ruang publik penting untuk dijadikan acuan. Sementara itu, terkait pengembangan dermaga khusus wisata, perlu desain bangunan dermaga dengan bahan baku yang ramah lingkungan agar kegiatan wisata dapat bukan justru merusak kawasan. Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel 2 berikut ini merupakan penyajian tabel pengembangan produk wisata Karampuang yang berupa akses dan kaitannya dengan prinsip ekowisata bahari. Tabel 2. Pengembangan Produk Akses Kawasan Wisata Karampuang Spesifikasi/ Teknis Pengem-bangan Pertimbang-an Ekosistem dan Lingkungan Pengembangan Jalur Trekking/ jalan kaki menuju Kawasan Pantai Penataan jalur pejalan kaki menuju Kawasan pantai ▪ Jalan setapak dengan paving dan drop structure di samping ▪ Tidak ada bangunan permanen ▪ Penggunaan paving dan drop structure masih memungkinkan untuk peresapan air ke tanah ▪ Supaya keseimbangan ekosistem tetap terpelihara Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al. Pengembangan jalur bersepeda Penataan jalur bagi wisatawan yang ingin bersepeda wisata ▪ Jalan setapak dengan paving dan drop structure di samping ▪ Dibuat tegak-lurus terhadap garis pantai ▪ Ditanami tanaman perindang di samping ▪ Penggunaan paving dan drop structure masih memungkinkan untuk peresapan air ke tanah ▪ Tegak lurus untuk meminimalisir abrasi ▪ Tanaman mencegah abrasi Pengembangan dermaga khusus pariwisata di Mamuju Penyusunan DED dermaga wisata, pembangunan dan pengelolaannya ▪ Bahan baku lokal dan ramah lingkungan ▪ Supaya keseimbangan ekosistem tetap terpelihara Sumber Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019 b. Pengembangan atraksi wisata 1 Atraksi yang ada di Zona perlindungan, dilakukan seminimal mungkin pengembangan fasilitas utilitas. Zona ini adalah Sempadan Pantai, Perairan Teluk, Spot Diving dan snorkeling dan di kawasan hutan. Pada Zona hutan dilengkapi dengan gazebo-gazebo pemandangan dan birdwatching, untuk melihat burung dan kelelawar hutan. 2 Atraksi yang ada di Zona pemanfaatan intensif dan ekstensif pengembangan infrastruktur, fasilitas dan utilitas dapat dilakukan secara intensif dengan mempertimbangkan keberlanjutan dan ruang publik. 3 Atraksi yang ada di hutan dan perkampungan dapat dilakukan pembangunan dan penataan jalur trekking sepeda dan area bird watching. 4 Atraksi yang ada di zona diving dan snorkeling dapat dilakukan penataan spot dan penanda untuk area diving dan snorkeling. Secara detail dapat diuraikan pada setiap zona sebagai berikut Pada Zona Pemanfaatan Kawasan Pantai Di beberapa lokasi ada peluang terdapat dataran yang ada lebar, akan tetapi perlu dibuat batas pengaman karena sisi-sisinya merupakan batuan yang sedikit tajam. Pengembangan kawasan dengan gardu pandang dan gazebo sangat diminati pengunjung untuk melihat pemandangan laut. Kemudian zona sempadan pantai dengan hamparan pasir putih dapat dialoksikan untuk kegiatan Mass Tourism. Di zona ini tidak diperbolehkan untuk membangun sarana dan prasarana serta fasilitas konstruktif. Hanya tanaman pohon sebagai shelterbelt dapat ditanam bentuk berderet atau kelompok. Vegetasi semak atau hutan mangrove harus dibiarkan tumbuh sebagai tempat untuk bertelurnya penyu. Selain itu, terdapat area yang memiliki ketinggian sedikit berbeda dengan jalur mangrove track yang berfungsi sebagai area untuk melihat pemandangan laut maupun berfoto sekaligus sebagai tambahan area peristirahatan. Posisi berada pada track yang lebih dekat dengan bibir pantai. Zona Pemanfaatan Dermaga Wisata Di Zona ini dapat dibangun fasilitas dan utilitas yang intensif. Zona ini digunakan sebagai pintu gerbang masuk ke kawasan wisata bawah air Pulau karampuang. Penataan titik berkumpul, rest area, area parkir kapal wisata dapat dibangun di zona ini. Bangunan semi permanen seperti rumah panggung yang dikemas sebagai TIC Pulau Karampuang. Zona pemanfaatan pemukiman dan kawasan hutan Di zona ini dapat dibangun fasilitas dan utilitas pendukung kegiatan wisata di kawasan pantai dan atraksi kawasan Pulau karampuang Gua, Sumur Jodoh, trekking sepeda dan kelelawar hutan. Di Zona ini dapat dibangun fasilitas homestay, gerai-gerai kuliner dan souvenir, bahkan dapat dibuat workshop untuk gerai-gerai tersebut, selain itu dibangun kamar bilas dan toilet umum. Zona pemanfaatan intensif Spot Diving dan Snorkeling Di Zona ini tidak diperbolehkan untuk membangun sarana dan prasarana serta fasilitas yang intensif, yang diperlukan dibuat penanda tempat spot-spot diving dan snorkeling tersebut berada. Selain penanda arah, penanda bahaya, jalur evakuasi dan juga penanda yang berisi info mengenai destinasi tersebut sangat diperlukan. Berapa lama penyelaman yang aman untuk pemula, mahir dan sebagainya penting untuk diketahui pengunjung maupun masyarakat. Selain itu, kegiatan konservasi bawah laut dapat dikemas sebagai wisata edukasi. Paket wisata transplantasi Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 terumbu karang untuk penyelamatan terumbu karang juga memiliki prospek untuk dilakukan. Selain berkelanjutan wisata ini akan menyuarakan kegiatan positif yang peduli lingkungan dan dapat memperkuat branding Karampuang. Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel 3 berikut ini merupakan penyajian tabel pengembangan produk atraksi wisata Karampuang dan kaitannya dengan prinsip ekowisata bahari. Tabel 3. Pengembangan Produk Atraksi Wisata Karampuang Spesifikasi/ Teknis Pengem-bangan Pertimbangan Ekosistem dan Lingkungan ▪ Penyusunan DED Kawasan Pariwisata ▪ Penataan Entrance Plaza ▪ Penataan Open Stage ▪ Penantaan Gazebo dan tempat duduk ▪ Penataan kios kuliner dan souvenir ▪ Penataan kamar bilas dan toilet umum ▪ Tidak ada bangunan fisik permanen/konstruktif ▪ Penanaman pohon untuk shelterbelt ▪ Pelestarian vegetasi semak untuk tempat bertelur penyu ▪ Entance, Gazebo, tempat duduk, dan fisik lainnya dengan bahan kayu yang ramah lingkungan ▪ Kawasan pesisir tetap alami dan bersih ▪ Penanaman pohon untuk pencegahan abrasi ▪ Menjaga kelestarian penyu laut ▪ Bahan kayu dan bambu ramah lingkungan Penataan Spot Diving dan Snorkeling ▪ Penataan pada spot- spot diving dan snorkeling yang ada di kawasan Pulau Karampuang ▪ Kegiatan konservasi bawah laut ▪ Penanda spot, arah, kedalaman, bahaya, dan jalur evakuasi ▪ Papan informasi mengenai karakter atraksi wisata ▪ Paket wisata transplantasi terumbu karang ▪ Penandaan sebagai pengingat agar wisatawan tidak berperilaku merusak ▪ Transplantasi untuk melestarikan terumbu karang Pengadaan persewaan sepeda ▪ Pembangunan dan pengadaan persewaan sepeda Penataan Kawasan Goa Lidah ▪ Penataan jalur trekking ▪ Penataan Selfie Point ▪ Penataan tempat duduk ▪ Penataan Toilet Umum ▪ Jalan setapak dengan paving dan drop structure di samping ▪ Gazebo, tempat duduk, dan fisik lainnya dengan bahan kayu yang ▪ Penggunaan paving dan drop structure masih memungkinkan untuk peresapan air ke tanah ▪ Bahan kayu dan bambu ramah lingkungan ▪ Penataan jalur trekking ▪ Penataan selfie point ▪ Penataan tempat duduk ▪ Pengadaan sarana bird watching ▪ Jalan setapak dengan paving dan drop structure di sampingnya ▪ Gazebo, tempat duduk, dan fisik lainnya dengan bahan kayu yang ramah lingkungan ▪ Penggunaan paving dan drop structure masih memungkinkan untuk peresapan air ke tanah ▪ Bahan kayu dan bambu ramah lingkungan Pengadaan glass bottom boat Kapal berlantai kaca ▪ Pengadaan glass bottom boat Kapal berlantai kaca ▪ Pemandu Wisata Penataan dan pengembangan atraksi Sumur Tiga Rasa ▪ Penataan jalur trekking ▪ Penataan Selfie Point ▪ Penataan tempat duduk ▪ Pembuatan signed Gazebo ▪ Jalan setapak dengan paving dan drop structure di samping ▪ Gazebo, tempat duduk, dan fisik lainnya dengan bahan kayu yang ramah lingkungan ▪ Penggunaan paving dan drop structure masih memungkinkan untuk peresapan air ke tanah ▪ Bahan kayu dan bambu ramah lingkungan Sumber Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019 c. Pengembangan fasilitas Fasilitas wisata merupakan produk pelengkap bagi daya tarik wisata yang digunakan untuk melayani kebutuhan wisatawan. Fasilitas pariwisata sebagai ujung tombak usaha kepariwisataan dapat diartikan sebagai usaha yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan pada suatu daya tarik wisata. Fasilitas tersebut antara lain akomodasi, makan dan minum, souvenir, tempat ibadah, tempat bilas, toilet dan sebagainya. Sementara itu, fasilitas pendukung wisata yang ada di Ujung Bulo masih terbatas. Dermaga, gazebo, jalan setapak, warung makan souvenir shop, masih sederhana dan belum terkonsep dengan jelas. Namun demikian, Pulau Karampuang juga telah ditunjang dengan fasilitas aliran listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Melihat kondisi dan tata letak fasilitas yang ada, harus ditambah dan direncanakan Kembali penataannya. Kawasan wisata hendaknya harus aman, nyaman dan tentram, terhindar dari polusi. Fasilitas akomodasi yang direkomendasikan untuk Pulau karampuang Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al. adalah homestay. Homestay adalah rumah tinggal yang sebagian kamar beserta fasilitasnya disewakan kepada wisatawan yang berinteraksi dengan tuan rumah dan masyarakat. Ada juga yang mendefinisikan homestay sebagai sebuah bangunan yang dibuat khusus untuk menginap tamu/wisatawan. Maksimal jumlah kamar yang diperbolehkan untuk homestay adalah 5 kamar. Homestay di Karampuang dapat berupa rumah penduduk yang ditata sedemikian rupa untuk menginap tamu, ada juga membuat bangunan tersendiri sesuai dengan regulasi yang berlaku. Syarat homestay antara lain adalah dimiliki oleh anggota masyarakat, memiliki nuansa atau keunikan lokal sesuai budaya setempat, memiliki standar ukuran luas kamar minimal 7,5m2, memiliki ventilasi udara dan jendela. Hotel yang ada di Mamuju dapat melakukan pembinaan kepada masyarakat yang memiliki homestay, supaya dapat berkembang dan sesuai dengan standar wisatawan. Rumah makan, toko souvenir, tempat bilas, toilet dan tempat ibadah perlu untuk dilengkapi dan ditata ulang terutama di kawasan pantai. Investasi dalam skala besar tidak direkomendasikan di Pulau Karampuang. Lebih lanjut lagi, gerbang masuk pada pengembangan zona dermaga akan memberikan kesan pertama tentang area pariwisata kepada para pengunjung sehingga desain harus sedapat mungkin menarik perhatian dan memberi kesan kepada pengunjung. Pengembangan ini dapat pula didukung dengan pengadaan sculpture ikonik di area kedatangan. Material alam seperti kayu dan bambu dapat dimanfaatkan sebagai material utama dalam perancangan gerbang masuk wisata. Untuk mengidentifikasi dengan lebih detail, tabel 4 berikut ini merupakan penyajian tabel pengembangan produk fasilitas pariwisata Karampuang dan kaitannya dengan penerapan prinsip ekowisata bahari. Tabel 4. Pengembangan Produk Fasilitas Wisata Karampuang Spesifikasi/ Teknis Pengem-bangan Pertimbang-an Ekosistem dan Lingkungan Pengembangan Gerbang dan Dermaga di Pulau Karampuang Pmbangunan gerbang masuk kawasan sebagai identitas Kawasan Pulau Karampuang dan dermaga kapal ▪ Pemanfaatan material alam seperti kayu dan bambu ▪ Agar tidak mencemari dan keseimbangan ekosistem tetap terpelihara Pembangunan dan penataan titik kumpul wisatawan ▪ Pembangunan kios penyewaan peralatan diving dan snorkeling Dive Center ▪ Pengadaan peralatan Diving dan Snorkeling ▪ Pembangunan dan penataan kios untuk penyewaan dan penyimpanan peralatan diving dan snorkeling ▪ Pengadaan peralatan diving dan snorkeling ▪ Pembangunan tempat untuk mencari informasi tentang aktivitas berwisata di Pulau Karampuang dan Di Mamuju Pembangunan dan Penataan Kuliner Khas Setempat ▪ Pembangunan dan penataan Kios kuliner ▪ Penataan shelter ▪ Penataan tempat sampah ▪ Pembangunan toilet umum ▪ Meletakkan tempat sampah di sepanjang jalur kios kuliner ▪ Menjaga kebersihan Kawasan kios kuliner Pembangunan dan penataan souvenir khas setempat ▪ Pembangunan dan penataan kios souvenir ▪ Penataan shelter ▪ Penataan tempat sampah ▪ Pembangunan toilet umum ▪ Meletakkan tempat sampah di sepanjang jalur kios souvenir ▪ Menjaga kebersihan Kawasan kios souvenir Pembangunan dan penataan homestay serta Pondok Wisata ▪ Pembangunan dan penataan homestay dan Pondok Wisata ▪ Fasilitas untuk homestay dan Pondok Wisata ▪ Maksimal memiliki 5 kamar ▪ Pembatasan jumlah wisatawan agar tidak terjadi overload kunjungan Sumber Analsis Data Survey dan Observasi Penelitian, 2019 3. Keterkaitan konsep ekowisata bahari dalam mencapai Sustainable Tourism Untuk mencapai sustainable tourism di Karampuang, konsep ekowisata, dalam hal ini ekowisata bahari memiliki signifikansi untuk diterapkan sebagai dasar pengembangan produk pariwisata. Keberadaan konsep atau prinsip ekowisata bahari akan menjadi pedoman utama bagi para pelaku wisata dan seluruh stakeholder Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 untuk mengembangkan produk pariwisata di Karampuang dengan tetap mengutamakan kelestarian alam. Tujuan akhir pariwisata adalah mendapatkan kepuasan wisatawan yang juga akan berdampak pada kepuasan para pelaku wisata dan seluruh stakeholder terkait. Pengembangan produk pariwisata yang berpedoman pada prinsip ekowisata bahari setidaknya akan memperhatikan dan mengutamakan usaha-usaha untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian alam sebagai atraksi atau objek wisata tersebut. Berpedoman pada prinsip ekowisata bahari, pengembangan pariwisata Karampuang tidak hanya akan berorientasi kepada profit semata. Lebih jauh dari itu, pengembangan pariwisata juga akan mengutamakan keberlangsungan dan kelestarian alam demi terjaganya kualitas pariwisata untuk jangka waktu yang lama. Sebagai contoh, di dalam tabel 2 dituliskan bahwa salah satu program pengembangan produk atraksi diving dan snorkeling adalah dengan menyediakan paket wisata transplantasi terumbu karang. Hal ini bertujuan untuk terus berusaha menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem bawah laut supaya tidak punah sehingga keberlanjutan pariwisata di Karampuang juga akan terus terjaga. Namun demikian, perlu adanya pemandu selam yang professional supaya dalam melakukan kegiatan wisata bawah laut transplantasi terumbu karang, wisatawan tidak melakukannya dengan sembarangan yang justru dapat membahayakan ekosistem terumbu karang itu sendiri. Ketika produk atraksi wisata tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka tidak hanya kepuasan wisatawan yang didapatkan, melainkan juga keberlangsungan alam yang terjaga sehingga pariwisata akan terus berputar. KESIMPULAN Penulis menyimpulkan yang pertama terkait dengan implementasi prinsip ekowisata dalam program pengembangan produk wisata Karampuang, di mana program dan langkah pengembangan produk pariwisata yang melibatkan berbagai stakeholder harus dilaksanakan dengan mengutamakan keberlangsungan dan kelestarian alam sekitar daerah wisata. Khususnya pengembangan wisata terkait dengan wisata alam bahari. Oleh sebab itu, prinsip ekowisata bahari menjadi sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan produk pariwisata. Berikut ini merupakan kesimpulan dari masing-masing pengembangan produk wisata di Karampuang. Akses wisata di Karampuang telah dicoba untuk dikembangkan baik akses menuju Karampuang maupun akses dalam kawasan wisata. Pengembangannya pun juga telah memperhatikan prinsip ekowisata guna mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan dan eksplorasi wisata. Hal itu dibuktikan dengan fakta sebagai berikut; ▪ Pembuatan akses jalan setapak dengan paving dan drop structure di sampingnya sebagai media resapan air hujan. ▪ Jalan trekking sepeda dibuat tegak-lurus terhadap garis pantai untuk mencegah abrasi. ▪ Penanaman tanaman perindang di kanan kiri jalur traekking untuk mencegah abrasi air laut. ▪ Menggunakan bahan baku lokal dan ramah lingkungan dalam membuat dermaga mengutamakan bambu dan kayu. Pengembangan produk atraksi wisata di Karampuang telah mempertimbangkan prinsip ekowisata bahari agar kegiatan pariwisata tidak justru membahayakan alam. Hal tersebut dapat dilihat dengan langkah-langkah pengembangan produk wisata sebagai berikut ▪ Tidak membangun sarana fisik permanen atau konstruktif. ▪ Penanaman pohon untuk shelterbelt. ▪ Pelestarian vegetasi semak untuk tempat bertelur penyu. ▪ Pembuatan entance, gazebo, tempat duduk, rest area, dan gardu pandang dengan kayu dan bambu. ▪ Paket wisata transplantasi terumbu karang. ▪ Jalan setapak dan jalur trekking dibuat dengan paving dan drop structure di sekelilingnya. Jurnal Nasional Pariwisata Sotya Sasongko et al. Terkait dengan fasilitas wisata, pegembangan yang dilakukan memang belum begitu memperhatikan prinsip ekowisata secara detail seperti pada pengembangan akses dan atraksi wisata sebelumnya. Akan tetapi, di sisi lain hal ini dapat dipahami karena fasilitas wisata sangat erat kaitannya dengan kenyamanan dan keamanan wisatawan. Memang beberapa Langkah atau program pengembagan telah menggunakan prinsip ekowisata seperti pemanfaatan material alam seperti kayu dan bambu dalam pembangunan dermaga, peletakkan tempat sampah di sepanjang jalur kios kuliner dan souvenir, dan pembatasan jumlah kamar homestay untuk mengendalikan jumlah wisatawan. Kedua, implementasi ekowisata bahari untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Karampuang. Pengembangan produk pariwisata yang didasarkan pada prinsip ekowisata bahari di Karampuang ini tentu akan memiliki dampak positif bagi semua pihak dan elemen, tidak terkecuali untuk alam sekitar Karampuang. Pengembangan tersebut tentunya akan mengutamakan keseimbangan ekosistem dan keberlangsungan alam sehingga dampak kerusakan alam akibat kegiatan pariwisata akan dapat dicegah. Keadaan tersebut tentunya akan membuat alam terus lestari dan dapat mengeluarkan pesonanya untuk menarik wisatawan terus datang berkunjung sebagai pengejawantahan dari tercapainya sustainable tourism. Pada akhirnya kepuasan wisata akan juga didapatkan baik dari sisi wisatawan maupun dari sisi penyedia jasa dan pelaku usaha lainnya. Pada akhirnya, penulis ingin menyampaikan bahwa program dan langkah pengembangan produk wisata di Karampuang secara garis besar telah memperhatikan prinsip-prinsip ekowisata bahari demi menjaga lingkungan dan keseimbangan ekosistem agar tercapai pariwisata berkelanjutan sustainable tourism. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, tentu hasil penelitian ini pun juga memiliki kekurangan. Oleh sebab itu, di masa depan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama untuk pengembangan produk pariwisata, khususnya di Pulau Karampuang. Pada bagian paling akhir dari penelitian ini, atas segala keterbatasan dalam penelitian ini, penulis akan menyampaikan beberapa saran untuk seluruh pihak yang terkait dengan pengembangan produk pariwisata di Karampuang ini. Saran-saran tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar untuk pengembangan produk pariwisata khususnya di Karampuang di masa depan. 1 Meskipun segala program dan Langkah pengembangan produk pariwisata telah didasarkan pada prinsip ekowisata bahari untuk menjaga kelestarian lingkungan, namun hal tersebut juga harus disertai dengan perumusan daya dukung lingkungan -alam- agar upaya-upaya tersebut tidak sia-sia. Jumlah kunjungan pariwisata yang berlebih justru akan membahayakan alam sekitar itu sendiri. 2 Meskipun telah banyak menggunakan kayu dan bambu yang ramah lingkungan dalam pembuatan jalur setapak dan trekking, namun secara teknis harus didesain secara detail terutama dikaitkan dengan layout dan kondisi lingkungan sekitar. 3 Desain layout kios kuliner dan souvenir harus dirumuskan secara teknis agar konsturksi sarana fisik tersebut tidak merusak lingkungan. Begitu juga dengan pembangunan TIC dan rest area bagi wisatawan. 4 Perlu adanya regulasi pembatasan wisatawan seperti misalnya ketika bersepeda dengan memasuki kawasan hutan dan pemukiman supaya satwa dan flora hutan tidak terganggu dan terusir serta masyarakat lokal tidak merasa terjajah. Perlu adanya regulasi bagi wisatawan agar tidak berperilaku merusak selama melakukan kegiatan pariwisata, misalnya adalah larangan menangkap satwa, mengambil berbagai jenis flora, dan mengotori area wisata Karampuang. DAFTAR PUSTAKA Arida, I. N. S. Buku Ajar Pariwisata Berkelanjutan. Sustain-Press. Retrieved July 15, 2020, from Prinsip Ekowisata Bahari dalam Pengembangan Produk Wisata Karampuang untuk Mencapai Pariwisata Berkelanjutan Volume 12, Nomor 2, September 2020 Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat. 2018. Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka. Budiman, M. A., Mawardi, M. K., & Hakim, L. 2017. Identifikasi Potensi dan Pengembangan Produk Wisata serta Kepuasan Wisatawan terhadap Produk Wisata Studi Kasus Di Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Administrasi Bisnis, 504, 55–63. Burns, P. M., & Holden, A. 1995. Tourism A New Perspective. Prentice Hall. Wibowo, D. M. 2020, February 10. Save Our Sea Membangun Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat. Warta Ekonomi. Fandeli, C., & Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata C. Fandeli, Ed.. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Ketjulan, R. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara [IPB]. Kotler, P., & Armstrong, G. 1989. Principles of Marketing. Prentice Hall. Lindberg, K., & Hawkins, D. E. 1995. Ecoturismo Um guia para planejamento e gestão. Senac. Middleton, V. T. C. 2001. Marketing in Travel and Tourism Third Edition. Butterworth-Heinemann. Muchtar. 2013. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. GP Press Group. Nawawi, H., & Martini, M. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Nazhima, A. A., & Arida, I. N. S. 2019. Pengembangan Produk Pariwisata Melalui Penerapan Prinsip-Prinsip Ekowisata Bahari Di Pantai Labuhan Amuk, Desa Antiga, Karangasem, Bali. Jurnal Destinasi Pariwisata, 62, 252. Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. 2018. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat nomor 1 tahun 2019 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2018-2025. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Pemerintah Republik Indonesia. Razak, F. ., Suzana, B. O. L., & Kapantow, G. H. M. 2017. Strategi Pengembangan Wisata Bahari Pantai Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Agri-Sosioekonomi, 131A, 277–284. Samiyono, & Trismadi. 2001, 31 Mei. Peta Pelayaran Wisata Bahari Indonesia. Prosiding Seminar Laut Nasional III. Paper dipresentasikan pada Seminar Laut Nasional III, Perpustakaan Balitbang KP. Suswantoro, G. 2007. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi Offset. Weiler, B., & Hall, C. M. 1992. Special Interest Tourism. Wiley. Yoeti, O. A. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Cetakan Pertama. Pradnya Paramita. Yulius, R. R., Kadarwati, U. R., Ramdhan, M., Khairunnisa, T., Saepuloh, D., Subandriyo, J., & Tussadiah, A. 2018. Buku Panduan Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari Fredinan Yulianda, Handoko Adi Susanto, Roby Ardiwidjaja, & Erish Widjanarko, Eds.; Cetakan Pertama. IPB Press Printing. ... A tourist attraction is one of the products or advantages of an area, where the region can create income and interest. So that it can attract tourists to tourist destinations [2], of course, this is an essential requirement in improvement to introduce tourism advantages owned by Garut Regency. The tourist attraction is one of the places in great demand by the public to take advantage of their spare time. ...Leni Fitriani Dini Destiani Siti FatimahHasbi MuhtadillahTourism is a journey from one place to another. Whether it is an individual, a group, or a company, participants on this trip are interested in mental balance, such as reducing stress, entertaining themselves, and refreshing. A tourist attraction is one of the products or advantages of an area, where the region can create income and attract tourists to their tourist destinations. One way to promote tourism more attractively is with augmented reality media. This tourism introduction application using Augmented reality technology aims to make it easier for tourists to get to know tourism with interactive media. This tourism introduction application is needed for promotional media, including video playback features of Augmented reality technology and information about tourism. Augmented Reality is a real object in an area map that will become a marker object by detailing the tourist plan. A scan can be carried out to display 2D images, text, audio, and video with the android platform so that it can make it easier for users to use it. This research aims to design and build a tourism introduction application with the Application of Augmented Reality Technology. This research uses the Multimedia Development Life cycle method, with six stages concept, design, material collecting, assembly, testing, and distribution, with the testing method using alpha and beta tests. The results of this research are in the form of an Android-based tourism introduction augmented reality application. This application can give contributions to assist tourists in finding information about tourism in an area and help the Department of Tourism and Culture promote tourism in the region more attractively.... Pariwisata merupakan sektor andalan untuk pemasukan devisa negara di Indonesia dan menjadi sektor yang memiliki posisi semakin penting dalam pembangunan berbagai daerah di Indonesia Priangani et al., 2020. Produk pariwisata terbagi menjadi produk yang memiliki fisik tangible dan produk yang tidak memiliki wujud fisik intangible Sasongko et al., 2020. Dalam pengembangan sektor pariwisata, desa juga memainkan peran penting untuk memperhatikan aspek sosial, lingkungan bahkan budaya. ...Sustainable development is an issue discussed by the current government apparatus. In the tourism sector also every region began to focus on sustainable tourism Sustainable tourism is an alternative to mass tourism and efforts to increase positive effects and reduce the harmful effects of tourism on local communities and the natural environment. Munding is a village located in Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Munding has tourism potential including Curug Tirto Wening, Curug Tirto Wati, Bukit Kembar Cemanggal, and Religious Tourism Tomb sheikh syarif. However, the tour has not been entirely appropriately managed, so it requires further management to become a tour with good governance. There are three priority aspects focused on this devotion human resources, infrastructure, and participation. The solution to human resource problems are done through the socialization of tourism village management and improving the literacy of tourism village development to the local community. Furthermore, the solution to infrastructure problems is done by rejuvenating existing facilities and infrastructure and continuously monitoring facilities and infrastructure. So always maintain it is quality. Meanwhile, the solution to the problem of low participation is done by integrating all elements supporting tourist villages, including village-owned enterprises in the Munding village. Through the assistance, it is expected that Munding village becomes a tourist village with a higher selling value to improve the community's MonyA Zaky MarasabessyJusuf SahupalaKawasan Tanjung Setan memiliki potensi wisata bahari yang banyak menarik minat wisatawan berkunjung dan melakukan aktifitas di laut secara bebas tanpa pengawasan. Aktifitas di laut oleh wisatawan telah mengakibatkan terjadinya eksploitasi sumber daya laut dan ekosistemnya yang semestinya dilindungi. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi sumber daya laut/pesisir terutama Kerang Kima Tridacna sp. yang merupakan salah satu biota laut yang harus dilindungi, dan menganalisis peluang dan strategi pengembangan ekowisata bahari untuk perlindungan dan pelestarian kawasan ini. Pendekatan yang digunakan adalah survey lapangan untuk mengetahui gambaran singkat potensinya, wawancara dengan tokoh tokoh masyarakat local dan para pemilik Community Based Tourism CBT terkait persepsi dan dukungan serta kondisi actual wisatawan saat berkunjung, dan analisis swot untuk strategi pengembangan Ekowisata Bahari di kawasan ini. Hasil studi menunjukan bahwa di kawasan Tanjung Setan terdapat beberapa jenis Kerang Kima Tridacna sp. yang perlu dilindungi dan dilestarikan, dan konsep wisata yang sesuai adalah Ekowisata. Oleh karena itu penetapan Kawasan Tanjung Setan sebagai kawasan Ekowisata Bahari penting dan mendesak sesuai regulasi yang bertujuan untuk perlindungan dan pelestarian biota Kima dan ekosistemnya di kawasan FitridamayantiBenu Olfie L. Suzana Gene KapantowThis study aims to formulate the development strategy of Malalayang Coastal Tourism of Manado City. This research uses descriptive method where data are collected, analyzed and descripted by using qualitative approach. Qualitative approach describes the responses of respondents to marine tourism based on the given questionnaire. Data collection conducted through field observation, interview and literature study. The results of this study indicate that the strategy of marine tourism development Malalayang Beach lies in the position of quadrant I or lies between external opportunities and internal strength. Strategy of maritime tourism development Malalayang Beach Manado City is to maintain and preserve the surrounding environment, the need for the development of facilities and facilities of tourism objects, the rearrangement of “sabua bulu” as a culinary place and the need for management of the government and private sector to be more focused and run well and both The parties agreed to cooperate to develop sustainable tourism Malalayang Coastal..Adilah Ata Nazhima Sukma AridaBackground in this research begins with the existence of two kinds of tourism that is mass tourism and Alternative tourism, where in Alternative tourism there is one kind of tourism that is Ecotourism. Marine Tourism is one form of ecotourism. Labuan Amuk Beach has great natural potential to be developed. Lots of activities that can be done at Labuan Amuk Beach such as snorkeling and fishing. The purpose of this research is to know the existing condition of Labuan Amuk Beach, to develop product activity through its own natural potential, to identify product development opportunities, and to describe marine eco-tourism principles in Labuan Amuk Beach. Data collection in this research is done by observation, interview, and documentation. The method used in this research is qualitative method and the collected data is analyzed descriptively result obtained in this research is the existing condition of Labuan Amuk Beach which consists of attraction, accessbilites, amenities, and anciliary. While the potential is in Labuan Amuk Beach is the potential of nature and get what are the opportunities of product development and know the explanation of the principles of marine ecotourism at Labuan Amuk Beach Some suggestions that should be considered in this research are improvements to the role of government as facilitators and local communities as participants. In addition, the need for cooperation between stakeholders to synergize with each other to develop tourism in Labuan Amuk Beach. Keyword Development, Potential, Product, Marine EcotourismThis new edition retains ints authoritative presentation of marketing theory while still maintaining an interesting and engaging writing style. Stewart Adam, Deakin University; Sara Denize, University of Western Sydney, Australia.

bagaimanakah prinsip pengembangan kegiatan pariwisata