Bantuandana UPZ, total sebesar Rp24juta, disalurkan kepada 6 Kepala Keluarga beserta 22 jiwa yang menjadi korban kebakaran. Musibah yang terjadi sekitar pukul 16.00 WITA tersebut, mengakibatkan para korban harus kehilangan tempat tinggal. Korbanbencana sangat membutuhkan bantuan. Bantuan yang sangat dibutuhkan, antara lain berupa makanan, minuman, pakaian, selimut, tenda - tenda, atau alat - alat sekolah. terjawab1. Bantuan yang sangat diperlukan oleh korban bencana kebakaran hutan adalah A. Masker B. Selimut C. Air bersih D. Obat-obatan 2. Akibat yang ditimbulkan dari gunung meletus yang dapat merugikan manusia adalah A. Penebangan pasir C. Tanah pertanian menjadi subur B. Objek wisata gunung merapi D. Rusaknya sarana dan prasarana umum Iklan Bencanasering terjadi tanpa peringatan sehingga Anda membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapinya. Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah rencana kesiapsiagaan. Tiga upaya utama dalam menyusun rencana kesiapsiagaan menghadapi bencana. Miliki sebuah rencana darurat keluarga. Rencana ini mencakup: AsmaulKhusna. BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya korban akibat bencana diperlukan kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kesadaran dan kesiapan menghadapi bencana Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Sabtu, 10 Oktober 2015 1904 WIB Bombardier 415 Superscooper pesawat pembasmi kebakaran hutan ini berasal dari Kanada. Memiliki kecepatan terbang 223 Km/perjam dengan ketinggian terbang mencapai m. Sanggup membawa air sebanyak 6,140 Liter, dan diawaki oleh 2 pilot. Iklan Jakarta - Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengatakan bantuan negara-negara tetangga untuk memadamkan kebakaran hutan jangan sampai bersifat politis. “Jangan sampai bantuan ini bersifat politis, tetapi semata-mata bantuan kemanusiaan,” kata Herman di Jakarta, Sabtu, 10 Oktober dia, bantuan pemadaman kebakaran hutan yang menyebabkan bencana kabut asap itu mestinya adalah bantuan kemanusiaan yang berada di bawah kontrol pemerintah Indonesia. “Sehingga batasan pemberi bantuan berada di bawah kontrol teknis pemerintah Indonesia,” bantuan asing ini datang ke Indonesia, pemerintah telah menurunkan sekitar personel gabungan TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana baik nasional maupun daerah yang dikerahkan untuk menangani kebakaran lahan. “Harus ditunjukkan ke rakyat bahwa pemerintah betul-betul serius menangani kejadian ini,” mengingatkan bahwa bencana kabut asap sudah menjadi kejadian luar biasa yang harus ditangani secara luar biasa juga. Salah satunya, katanya, dengan penetapan bencana nasional terhadap bencana ini. ”Presiden mengambil alih komando, sehingga seluruh pemangku jabatan sektoral dapat difungsikan optimal secara baik, juga melalui pendanaan,” kata ini Indonesia bersedia menerima bantuan dari negara-negara tetangga. Negara tersebut adalah Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok, dan Rusia. Bantuan difokuskan pada pesawat yang mampu membawa air seberat 10-12 ton untuk memadamkan titik-titik api di Sumatera dan ARKHELAUS WISNUVideo Terkait Artikel Terkait Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada 5 hari lalu Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California 26 September 2021 Kebakaran Hutan di Aljazair Menewaskan 42 Orang 11 Agustus 2021 Berjibaku Lawan Kebakaran Hutan Yunani, Pemadam Selamatkan Situs Olimpiade Kuno 5 Agustus 2021 Korban Tewas Akibat Kebakaran Hutan di Turki Bertambah Jadi Delapan Orang 2 Agustus 2021 Dahsyatnya Kebakaran Hutan Australia Menyebabkan Langit Memerah 1 Januari 2020 Rekomendasi Artikel Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini. Video Pilihan Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada 5 hari lalu Ribuan Penerbangan di Amerika Terganggu Asap Kebakaran Hutan Kanada Menurut FlightAware, lebih dari 100 penerbangan telah ditunda di Bandara LaGuardia dan 55 telah ditunda di Bandara Newark. Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California 26 September 2021 Jaksa Dakwa Perusahaan Listrik karena Picu Kebakaran Hutan California Jaksa mendakwa perusahaan listrik Pacific Gas & Electric karena gagal menebang pohon yang jatuh ke kabel listrik dan memicu kebakaran hutan California Kebakaran Hutan di Aljazair Menewaskan 42 Orang 11 Agustus 2021 Kebakaran Hutan di Aljazair Menewaskan 42 Orang Kebakaran hutan di Aljazair menewaskan 42 orang pada Selasa, termasuk 25 tentara yang dikerahkan untuk membantu memadamkan api. Berjibaku Lawan Kebakaran Hutan Yunani, Pemadam Selamatkan Situs Olimpiade Kuno 5 Agustus 2021 Berjibaku Lawan Kebakaran Hutan Yunani, Pemadam Selamatkan Situs Olimpiade Kuno Pemadam kebakaran memadamkan api di dekat situs Olimpiade kuno di Peloponnese barat saat kebakaran hutan Yunani berkobar untuk hari ketiga. Korban Tewas Akibat Kebakaran Hutan di Turki Bertambah Jadi Delapan Orang 2 Agustus 2021 Korban Tewas Akibat Kebakaran Hutan di Turki Bertambah Jadi Delapan Orang Korban jiwa akibat kebakaran hutan di pantai selatan Turki naik menjadi 8 orang pada Ahad ketika damkar berupaya memadamkan api untuk hari kelima. Dahsyatnya Kebakaran Hutan Australia Menyebabkan Langit Memerah 1 Januari 2020 Dahsyatnya Kebakaran Hutan Australia Menyebabkan Langit Memerah Kebakaran hutan yang mengepung Australia membuat langit di beberapa wilayah berwarna merah. Kebakaran telah menghancurkan 4 juta hektar lahan. Padamkan Karhutla, Jokowi Segala Usaha Sudah Dilakukan 17 September 2019 Padamkan Karhutla, Jokowi Segala Usaha Sudah Dilakukan Meski pemerintah berupaya maksimal padamkan api karhutla, langkah terbaik tetap lah dengan mencegah agar titik api tidak semakin membesar. 2 Pekan Kena Asap, Begini Keluhan Warga Kalbar 17 September 2019 2 Pekan Kena Asap, Begini Keluhan Warga Kalbar Rendra berharap pemerintah mengatasi serangan asap secara efektif, caranya adalah tegas kepada perusahaan yang membakar lahan. Sheila On 7 Batal Tampil di Pekanbaru karena Asap Kebakaran Hutan 15 September 2019 Sheila On 7 Batal Tampil di Pekanbaru karena Asap Kebakaran Hutan Sheila On 7 seharusnya menjadi bintang tamu utama acara Do Music Festival 2019 di Kota Pekanbaru pada Sabtu, 14 September 2019. Sumatera Dikepung Titik Panas, Jambi Paling Banyak 11 September 2019 Sumatera Dikepung Titik Panas, Jambi Paling Banyak BMKG mencatat ada titik panas yang "mengepung" wilayah Sumatera yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan. Pengertian Kebakaran HutanPenyebab Kebakaran Hutan1. Pembersihan Lahan Land Clearing2. Pembakaran Hutan Oleh Oknum yang Bertanggung Jawab3. Adanya Kecemburuan Sosial4. Faktor AlamDampak Kebakaran Hutan1. Rusaknya Ekosistem Hutan2. Asap Kebakaran Hutan Bisa Menyebabkan Penyakit3. Kabut Asap Akan Mengganggu Mobilitas4. Hutan Menjadi Gundul5. Pemanasan dan Perubahan Iklim6. Sumber Air Bersih Berkurang7. Kerugian Materil yang Tidak SedikitCara Mencegah Kebakaran Hutan1. Tidak Membakar Sampah di Kawasan Hutan2. Melakukan Pengawasan Pada Area yang Rawan akan Kebakaran Hutan3. Melakukan Deteksi Kebakaran Hutan Sedini Mungkin4. Melakukan Penyuluhan Kepada Masyarakat5. Menyiapkan Alat Pemadam Kebakaran Sebagai AntisipasiCara Mengatasi Kebakaran Hutan1. Menghentikan Penjalaran Kebakaran Hutan2. Melakukan Direct Attack atau Memadamkan Api Secara LangsungArtikel Terkait Tahukah Anda mengenai Pengertian Kebakaran Hutan Adalah Penyebab, Dampak dan Cara Mencegah Kebakaran Hutan? Peristiwa kebakaran hutan di Indonesia kerap terjadi bahkan membuat resah banyak masyarakat. Pengertian Kebakaran Hutan Adalah Penyebab, Dampak dan Cara Mencegah Kebakaran hutan bisa saja terjadi karena beberapa sebab dan pastinya menimbulkan dampak yang tidak hanya mempengaruhi hutan tersebut, tetapi juga mempengaruhi kesehatan manusia yang hidup di sekitar wilayah tersebut. Untuk mengetahui lebih dekat tentang kebakaran hutan, mari simak penjelasan yang akan membahas mulai dari apa itu kebakaran hutan hingga cara mengatasinya. Kebakaran hutan tidak bisa disamakan dengan kebakaran lahan. Hal ini dikarenakan keduanya terjadi di dua kawasan yang berbeda. Apa itu kebakaran hutan? Pengertian Kebakaran hutan adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan yang dapat memicu terjadinya bahaya hingga bisa mendatangkan bencana. Kejadian seperti ini bisa disebabkan oleh adanya aktivitas pembakaran yang tidak terkendali, faktor kesengajaan, maupun proses alami. Proses alami yang dimaksud dalam hal ini misalnya terjadi kilat dan Guntur yang menyambar pohon sehingga membuat adanya potensi kebakaran. Atau dalam kasus lain, terjadi letusan gunung berapi yang membuat bongkahan api membakar wilayah hutan di sekitar lokasi letusan gunung. Selain itu, proses alami juga bisa terjadi karena adanya gesekan ranting kering yang mengandung minyak. Kemudian, diperparah dengan hembusan angin yang kencang sehingga memicu kebakaran besar. Sementara itu, kebakaran hutan yang diakibatkan oleh kesengajaan manusia bisa terjadi karena aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Misalnya, kegiatan berladang, perkebunan, penyiapan lahan untuk ternak sapi, hingga kegiatan hutan tanaman industri. Sebuah penelitian menyebutkan jika kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia hampir 99% dipicu oleh adanya kegiatan manusia yang disengaja maupun karena unsur kelalaian. Kegiatan konversi lahan menyumbang sebanyak 34% kejadian kebakaran hutan, kemudian peladangan liar sebanyak 25%, kegiatan pertanian 17%, kecemburuan sosial sebanyak 14%, proyek transmigrasi sekitar 8%, dan sisa 1% nya merupakan faktor alam. Selain beberapa hal yang telah disebutkan tadi, kebakaran hutan bisa semakin parah terjadi karena iklim yang ekstrim hingga deposit batu bara. Penyebab Kebakaran Hutan Seperti yang telah disinggung sedikit dalam pengertian kebakaran hutan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan kebakaran hutan. Beberapa penyebab kabakaran hutan akan dibahas mendetail sebagai berikut. 1. Pembersihan Lahan Land Clearing Penyebab pertama yang bisa memicu terjadinya kebakaran hutan adalah adanya kegiatan pembersihan lahan atau land clearing. Dalam kegiatan pembersihan lahan, biasanya akan kegiatan ini melibatkan pembakaran dedaunan dan tumbuhan-tumbuhan yang ada di kawasan hutan tersebut. Banyak yang mengatakan jika metode pembersihan lahan seperti ini termasuk proses yang mudah, efisien, dan murah. Akan tetapi, justru bisa memberikan dampak yang sangat membahayakan yang tidak lain adalah berupa kebakaran hutan yang bisa saja merambat ke mana-mana. 2. Pembakaran Hutan Oleh Oknum yang Bertanggung Jawab Selain upaya pembersihan lahan, sering kali kejadian kebakaran hutan dipicu oleh aktivitas manusia atau oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan yang mereka lakukan ini bisa terkadang juga tidak diketahui alasannya. Hal ini pun bukan hanya menimbulkan kerugian yang sedikit, tetapi juga bisa membahayakan manusia yang hidup di sekitar kawasan hutan. 3. Adanya Kecemburuan Sosial Kecemburuan sosial bisa memicu terjadinya kebakaran hutan. Hal ini dikarenakan sekelompok masyarakat bisa saja merasa mendapat perlakuan tidak adil, sehingga mereka merasakan kecemburuan akibat perlakuan yang tidak adil. Perlakuan seperti ini akan membuat masyarakat yang mendapat perlakuan tidak adil memilih tidak peduli dan kurang berpartisipasi dalam upaya pelestarian hutan. Disamping itu, jika terjadi kebakaran hutan pun, bisa saja mereka memilih absen dalam upaya untuk menghentikan kebakaran. 4. Faktor Alam Beberapa faktor penyebab yang telah disebutkan di atas bisa dikatakan merupakan faktor yang berhubungan dengan manusia. Namun, selain faktor kelalaian perilaku manusia dalam melindungi kawasan hutan, faktor alam juga berperan penting dalam kebakaran hutan. Faktor alam ini bisa berupa banyak hal. Misalnya saja, petir yang menyambar pohon di kawasan hutan, juga bisa menimbulkan kebakaran. Apalagi jika petir tersebut tidak disertai dengan turunnya hujan, maka kebakaran bisa terjadi semakin parah. Namun, di kebanyakan daerah dengan iklim tropis, kebakaran hutan akibat faktor alam seperti sambaran petir hampir tidak pernah terjadi dikarenakan petir biasanya akan dibarengi dengan turunnya hujan. Kebakaran hutan yang terjadi akibat faktor alam ini bisa semakin parah bila dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti hidrologi, topografi lahan, serta faktor iklim dan cuaca. Faktor hidrologi dalam hal ini keberadaan mata air yang jauh dari lokasi kebakaran hutan, bisa semakin menghambat kegiatan pemadaman. Kemudian, topografi lahan tertentu juga mampu membuat penyebaran api semakin menyebar dengan cepat. Selain itu, cuaca dan iklim bisa semakin memperburuk keadaan kebakaran. Misalnya, di lokasi kebakaran angin berhembus sangat kencang, tentu penyebaran api akan semakin cepat. Lalu, jika iklim di kawasan hutan cukup ekstrim seperti panas berlebih, juga bisa membuat api menyebar karena banyaknya daun dan tanaman yang kering. Dampak Kebakaran Hutan Sebagai sebuah kawasan yang begitu penting untuk kelangsungan hidup manusia, kebakaran hutan pastinya akan memberikan dampak yang membahayakan keberlangsungan hidup manusia dan keragaman hayati. Dampak-dampak kebakaran hutan tersebut diantaranya bisa disimak sebagai berikut. 1. Rusaknya Ekosistem Hutan Dampak pertama sangat berhubungan erat dengan kelangsungan hidup flora serta fauna yang ada di hutan. Tidak terhitung berapa jenis dan jumlah dari fauna yang ada di hutan. Apabila kejadian kebakaran hutan ini terjadi dan tidak mampu diatasi dengan baik, bukan hanya flora saja yang akan hangus, melainkan fauna yang ada di ekosistem tersebut akan terancam keamanannya. 2. Asap Kebakaran Hutan Bisa Menyebabkan Penyakit Kebakaran hutan akan menimbulkan asap yang bisa menyebar kemana-mana dan bisa mencemari udara. Pencemaran udara ini akan membuat udara segar yang dihirup oleh manusia akan tercampur dengan zat-zat yang bisa menyebabkan penyakit berhubungan dengan pernapasan. Misalnya, penyakit ISPA, asma, dan paru-paru. Selain penyakit yang berhubungan dengan pernapasan, kabut asap juga bisa menyebabkan iritasi mata, penyakit jantung, dan penyakit lainnya. 3. Kabut Asap Akan Mengganggu Mobilitas Kabut asap yang begitu pekat juga akan mengganggu jarak pandang. Tentunya ini akan membuat mobilitas masyarakat di sekitar lokasi kebakaran hutan terganggu. Sehingga, banyak aktivitas yang tidak dapat dilakukan dan kegiatan yang berhubungan dengan alat transportasi pun pastinya akan ikut terganggu. 4. Hutan Menjadi Gundul Mengingat kebakaran hutan membuat banyak flora terbakar habis, maka ini akan memberikan dampak pada gundulnya hutan. Hutan yang gundul akan memberikan masalah baru lainnya yang lebih parah. Disamping itu, pemulihan hutan gundul juga membutuhkan waktu yang tidak cepat. 5. Pemanasan dan Perubahan Iklim Asap kebakaran hutan yang menyebar luas dan mengandung gas karbondioksida bisa menimbulkan pemanasan global dan juga perubahan iklim. Masalah ini termasuk dampak jangka panjang dari kebakaran hutan, oleh karenanya dampak dari kebakaran hutan memang tak bisa diremehkan. 6. Sumber Air Bersih Berkurang Dampak yang satu ini masih berhubungan dengan gundulnya hutan akibat kebakaran hutan. Saat hutan gundul dan tidak ada lagi tanaman yang bisa menyerap air, maka sumber air bersih pun lama kelamaan akan berkurang. 7. Kerugian Materil yang Tidak Sedikit Kerugian akibat kebakaran hutan bukan hanya berhubungan dengan alam, tetapi juga berhubungan dengan kerugian materil yang harus dikeluarkan. Hal ini dikarenakan biaya penanganan untuk kebakaran hutan tidaklah sedikit. Biaya penanganan ini meliputi penanganan akan pemadaman api, penanganan kabut asap, dan biaya penanganan lain yang berhubungan dengan kesehatan, aspek pariwisata, dan trasportasi. Cara Mencegah Kebakaran Hutan Untuk menghindari supaya kebakaran hutan tidak sampai terjadi, dibutuhkan langkah-langkah pencegahan. Cara mencegah kebakaran hutan tersebut antara lain 1. Tidak Membakar Sampah di Kawasan Hutan Ini penting sekali untuk diketahui oleh masyarakat yang tinggal di dekat kawasan hutan. Membakar sampah di lahan atau kawasan hutan tentu akan memicu terjadinya kebakaran yang besar. Oleh karenanya, perlu kesadaran masing-masing oleh masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran sampah di wilayah hutan. 2. Melakukan Pengawasan Pada Area yang Rawan akan Kebakaran Hutan Beberapa daerah di Indonesia kerap disebut sebagai daerah yang rawan akan kebakaran hutan. Umumnya, wilayah hutan Kalimantan dan Sumatra diduga menjadi wilayah yang rawan terjadi kebakaran dan jika kebakaran terjadi, maka dampak yang mengenai daerah tersebut pun tidak sepele. Untuk itu, butuh pengawasan lebih terhadap area-area yang rawan tersebut supaya kebakaran tidak sampai terjadi. 3. Melakukan Deteksi Kebakaran Hutan Sedini Mungkin Bersamaan dengan pengawasan di area rawan kebakaran, dibutuhkan pula langkah pendeteksian kebakaran hutan sedini mungkin dengan melakukan beberapa upaya. Upaya tersebut misalnya dengan mendirikan menara pengawasan yang dilengkapi dengan alat komunikasi serta memanfaatkan data satelit berhubunga dengan kondisi cuaca dan titik api. 4. Melakukan Penyuluhan Kepada Masyarakat Penyuluhan juga dinilai sangat penting untuk masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Dengan melakukan penyuluhan, setidaknya masyarakat akan mendapatkan pengetahuan lebih mengenai ekosistem hutan dan bagaimana menjaga agar ekosistem hutan tetap sehat. 5. Menyiapkan Alat Pemadam Kebakaran Sebagai Antisipasi Langkah pencegahan dan antisipasi yang tidak boleh dilupakan untuk dilakukan adalah menyiapkan alat pemadam kebakaran. Langkah ini dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar yang ada di wilayah dekat dengan hutan maupun oleh petugas khusus yang bertugas di pos-pos pengawasan dan deteksi dini kebakaran. Cara Mengatasi Kebakaran Hutan Untuk mengatasi kebakaran hutan yang baru terjadi atau sudah menjalar cukup banyak, maka langkah yang perlu dilakukan adalah dua langkah utama yang akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. 1. Menghentikan Penjalaran Kebakaran Hutan Cara mengatasi kebakaran hutan yang pertama adalah dengan melakukan penghentian penjalaran api. Dalam melakukan langkah penghentian penjalaran api ini, butuh tim pemadam api khusus yang dapat menentukan strategi yang tepat supaya api tak lagi menyebar. 2. Melakukan Direct Attack atau Memadamkan Api Secara Langsung Selain melakukan penghentian penjalaran api, langkah untuk mengatasi kebakaran hutan bisa dilakukan dengan melakukan direct attack yang mana menjadi langkah lanjutan setelah menghentikan penjalaran api. Kedua langkah mengatasi kebakaran di atas dinilai sama-sama pentingnya dan sangat berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi waktu, biaya, dan tenaga. Namun, upaya untuk mengatasi kebakaran ini juga butuh dukungan dari beberapa pihak dan masyarakat sekitar. Sekian penjelasan tentang Pengertian Kebakaran Hutan Adalah Penyebab, Dampak dan Cara Mencegah, suatu peristiwa yang membahayakan ekosistem hutan, makhluk hidup yang ada di ekosistem tersebut, serta masyarakat yang hidup di sekitar kawasan tersebut. Mari lindungi kawasan hutan dan jangan sampai melakukan tindakan yang bisa memicu terjadinya kebakaran hutan. Baca Juga Pengertian Taman Hutan Raya Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan karhutla sudah menjadi bencana yang terus berulang setiap tahun. Bencana ini sudah berlangsung lebih dari tiga dekade. Pada 2020 bahaya karhutla kembali mengancam. Kali ini datang bersamaan dengan pandemi Covid-19. Pemerintah melihat ancaman ganda tersebut berpotensi menyerang orang-orang yang sangat rentan, seperti para lansia dan penderita komorbid hipertensi, diabetes, jantung, dan penyakit paru seperti infeksi saluran pernapasan atas atau ISPA. Update Covid-19 Senin 12 Juni 2023 Positif Sembuh Meninggal Update Covid-19 per 11 Juni 2023 Positif Sembuh Meninggal Update Covid-19 Sabtu 10 Juni 2023 Positif Sembuh Meninggal "Orang bilang ini duet maut, Covid-19 dan kebakaran hutan. Semuanya menyerang pernapasan. Kita jaga betul agar tidak terjadi asap," kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim PPI, Ruandha Agung Sugardiman kepada di Jakarta, Selasa 25/8/2020. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK, kata Ruandha, sudah menyiapkan solusi permanen untuk mencegah karhutla agar tak terjadi lagi. "Kita jauh lebih siap dari tahun-tahun sebelumnya, kita sudah dapat trek yang bagus untuk solusi permanen tersebut," kata Ruandha. Ruandha mengatakan pihaknya bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG dan TNI Angkatan Udara sudah menemukan tiga langkah untuk memitigasi karhutla. Yaitu dengan rasio pengendalian titik api, analisis iklim, serta pengendalian landscape. Rasio pengendalian titik api ini, misalnya, dengan mendeteksi dini titik api agar dapat segera dipadamkan, penegakan hukum bagi penyebab kebakaran, dan membentuk masyarakat peduli api MPA. Sementara analisis iklim ini digunakan untuk melakukan modifikasi cuaca. Sementara pengendalian landscape ini dilakukan untuk melihat daerah mana saja yang lahan gambutnya kekurangan air. Nantinya, kata Ruandha, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT dan BMKG bekerja sama untuk melihat potensi awan dan arah angin untuk melakukan modifikasi cuaca. Sehingga hujan turun di lahan gambut yang minim air. "Kita lakukan adalah mantain agar tinggi muka air di gambut tinggi sehingga tetap basah, perlunya TMC teknologi modifikasi cuaca ini untuk memperpanjang musim penghujan ini," ujar dia. Ke depan, kata Ruandha, kerja sama BPPT dan BMKG untuk modifikasi cuaca akan menjadi solusi permanen mencegah kebakaran hutan dan lahan. "Jadi kita dengan BPPT dijadikan solusi permanen tidak harus KLHK request BPPT dulu baru lakukan TMC, jadi BMKG dan BPPT melakukan analisis, begitu mau musim kemarau kemudian potensi awan masih ada BPPT bisa langsung TMC," kata dia. Sistem ini, kata Ruandha, akan diperluas dengan membuat sistem Smart TMC. Sehingga sistem ini bisa digunakan secara nasional dan tidak hanya untuk mitigasi karhutla, tetapi juga mengatasi kekeringan, waduk kosong, dan lainnya. "Kita bisa jatuhkan awan di situ," kata dia. Saat ini sebanyak 6 provinsi sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan karhutla. Lama masa siaga darurat pun berbeda-beda setiap daerah. Antara lain, di Riau siaga darurat ditetapkan pada 11 Februari-31 Oktober 2020, Sumatera Selatan yaitu 20 Mei- 31 Oktober 2020. Kemudian Jambi siaga darurat pada 29 Juni-26 September 2020, Kalimantan Barat pada 2 Juli-30 November 2020, Kalimantan Tengah pada 1 Juli-28 September 2020 dan Kalimantan Selatan 1 Juli-30 November 2020. Adapun berdasarkan data KLHK, enam provinsi yang berstatus siaga darurat telah mencatat dampak karhutla. Di Riau hektare terdampak, Sumatera Selatan hektare terdampak, Jambi hektare terdampak. Kemudian, Kalimantan Barat sebanyak hektare terdampak, Kalimantan Tengah hektare terdampak, dan Kalimantan Selatan hektare Siaga Darurat Karhutla Saat Pandemi Covid-19. Akibat Covid-19 Ruandha menambahkan, di tengah pandemi Covid-19 ini tentu pihaknya memiliki hambatan dalam mengantisipasi karhutla. Misalnya, semua anggaran kementerian dan lembaga difokuskan untuk mengatasi pandemi Covid-19 sehingga anggaran penanganan karhutla berkurang. Padahal, semua personel harus melakukan protokol kesehatan dalam menjalankan tugasnya. "Kami punya 170-an Manggala Agni pemadam kebakaran hutan Indonesia kita harus biayain APD-nya dan menjaga kesehatannya," kata dia. Solusinya, KLHK, BPPT, dan BMKG bersama-sama mitigasi karhutla dengan saling mengisi. "Kalau kerja sendiri-sendiri tidak akan selesai. Dulu minta untuk TMC susah sekali karena ada kepentingan lainnya, kalau sekarang lebih mudah," kata dia. Hambatan lainnya, adalah adanya beberapa daerah yang memiliki potensi karhutla namun masyarakatnya melarang orang luar untuk masuk dengan alasan khawatir tertular Covid-19. "Padahal kalau tidak dilakukan patroli dan sosialisasi kan potensi kebakarannya tinggi," ujar dia. Selain itu, ada pula masyarakat korban PHK yang membuka lahan pertanian di kawasan hutan. Hal ini juga berpotensi menimbulkan karhutla. Solusinya, KLHK membentuk Masyarakat Peduli Api MPA berkesadaran hukum paralegal, yaitu masyarakat setempat yang direkrut untuk dilatih bagaimana mengendalikan kebakaran hutan. "Kita beri latihan sederhana sehingga kalau ada api kecil mereka bisa memadamkan sendiri, kalau besar mereka bisa panggil manggala agni," ucap dia. Selain itu, mereka juga dibekali dengan pengetahuan hukum. Sehingga mereka mengetahui bagaimana hukumnya jika membakar lahan dan hutan. Inilah yang akan disebarluaskan ke masyarakat setempat. Saat ini KLHK sudah memiliki personel MPA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga membuat proyek percontohan di 12 desa dengan mengedukasi masyarakat soal pengetahuan hukum tentang sanksi bagi pembakar hutan. Masyarakat desa juga dibekali dengan latihan untuk menggerakkan perekonomian mereka. "Kita lakukan pilot project, 7-12 desa, masyarakatnya kita rekrut, kita latih, dengan pengetahuan hukum, kita beri training dan bagaimana melakukan kegiatan ekonomi mereka. Kita juga beri honor, dengan mereka tahu UU, dengan harapan mereka bisa tahu bahwa membakar hutan ada sanksi," kata dia. Harapan ke depan, proyek ini akan diperluas ke desa-desa lainnya. Selain itu, KLHK juga mengandeng kementerian pertanian untuk melatih masyarakat bagaimana membuat lahan pertanian tanpa membakar video pilihan di bawah iniPresiden Joko Widodo menegaskan kembali upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan karhutla harus terus dilakukan. Persiapan terhadap hal tersebut sudah harus berjalan dan dikoordinasikan dengan baik menjelang puncak BNPB Atasi KarhutlaPetugas berjibaku memadamkan Karhutla di kawasan pesisir Riau beberapa waktu lalu. SyukurBNPB sendiri melakukan berbagai antisipasi untuk mencegah karhutla yang hampir terjadi di beberapa provinsi. BNPB telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mencegah karhulta di masa pandemi Covid-19. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, pihaknya mengedepankan pelibatan semua unsur yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media massa. "Unsur dengan masing-masing peran diharapkan dapat mencegah terjadinya kebakaran sejak dini, khususnya di provinsi yang kerap dilanda karhutla. BNPB selalu menekankan upaya pencegahan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas," kata Raditya, Senin, 24 Agustus 2020. Upaya pencegahan menghadapi karhutla, kata Raditya, BNPB mendorong untuk pengembangan pengetahuan tentang kapasitas pengelolaan hutan dan lahan pada masyarakat. Selain itu, kata Raditya, BNPB melakukan beberapa langkah teknis, yakni monitoring sistem peringatan dini melalui informasi fire danger rating system FDRS dari BMKG, pantauan titik panas atau hot spot dari Lapan maupun ketinggian muka air di lahan gambut dari Badan Restorasi Gambut BRG. Kemudian, kata dia, BNPB telah meminta pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten dan kota untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan pencegahan menghadapi karhulta, seperti penetapan status siaga darurat. Pencegahan dapat dilakukan, seperti pemadaman titik api sedini mungkin melalui satuan tugas darat maupun udara. BNPB juga mengerahkan personel yang diterjunkan di 6 provinsi yang berstatus siaga darurat. Keenam provinsi tersebut adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Setiap provinsi mendapatkan dukungan personel. Perhitungan komposisi personel di setiap daerah terdiri TNI dan Polri 40 persen, Manggala Agni 20, masyarakat 30, dan berbagai unsur 10. Sedangkan satuan udara, BNPB dan BPBD menggunakan pemadaman menggunakan water boombing dan teknologi modifikasi cuaca. Pelaksanaan water boombing menggunakan armada helikopter yang telah ditempatkan di beberapa provinsi. BNPB, kata dia, menyiagakan armada untuk pengeboman dan pemantauan, terdiri 3 helikopter di Jambi, 11 di Sumatera Selatan, 8 di Riau, 1 di Kalimantan Barat dan 5 di Kalimantan Tengah. Di samping helikopter, satuan udara didukung dengan pesawat fixed-wing untuk menebar garam di udara atau cloud seeding. "Pemerintah daerah merupakan penanggung jawab utama dalam penanganan darurat di wilayahnya. BNPB dan kementerian/lembaga akan memberikan pendampingan dalam penanganan karhutla di daerah. Dukungan yang akan diberikan untuk penguatan daerah yakni penguatan koordinasi dan komando melalui pos komando dan pusat pengendali operasi," ujar dia. Penanganan Karhutla di Riau Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi mengatakan, tak ingin kebakaran hutan dan lahan seperti yang terjadi tahun lalu terulang kembali. Jenderal bintang dua ini merapatkan barisan bersama Pemerintah Provinsi Riau, TNI, Manggala Agni dan relawan. Di mana saat ini, Riau punya Dashboard Lancang Kuning sebagai deteksi dini titik panas indikasi karhutla, pengecekan serta mobilisasi personel ke titik api. "Kami bersama TNI, pemda dan msyarakat menghadapi ancaman karhutla dengan kesiapan yang prima dalam koordinasi dan kolaborasi dalam Dashboard Lancang Kuning Nusantara yang telah mampu memadamkan titik api diseluruh wilayah Riau selama tahun 2020 sampai dengan 25 Agustus 2020," kata Agung kepada di Jakarta, Selasa 25/8/2020. Selain teknologi, Agung selalu minta pendapat kepada ahli, datuk atau pemangku adat serta masyarakat untuk berdiskusi seperti apa solusi yang dibutuhkan. "Semoga tahun ini bisa menuntaskan karhutla, setiap hari bisa melihatmu langit biru," kata Agung. Sementara Gubernur Riau Syamsuar beberapa waktu lalu mengatakan sudah mengambil beberapa langkah agar tak terjadi karhutla di wilayahnya. Yaitu pemetaan daerah rawan bencana yang kini ada di 346 desa dan 99 kecamatan. Lalu, inventarisasi kembali izin 387 perkebunan dan 62 keutanan terkait kebijakan satu peta untuk mengetahui tumpang tindih Pada Restorasi GambutKondisi terakhir Karhutla di Aceh IstManager Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi, Wahyu Perdana mengatakan, agar karhutla tidak terus berulang maka perlu pendekatan ekosistem. Di mana hal ini sangat dipengaruhi oleh proses restorasi gambut. Kemudian yang kedua pemerintah perlu melakukan evaluasi izin hutan dan lahan. Khususnya pada izin konsensi yang terbakar baik perkebunan maupun hutan. "Kami punya catatan sepanjang rentang 2019 hingga quartal 1 tahun 2020, banyak sekali proses restorasi tidak dijalankan dengan baik. Harusnya bikin kanal buat bloking kanal untuk dialirkan ke gambut yang harusnya tinggi permukaan air tanahnya, tapi ini lebih rendah," kata Wahyu kepada Menurut Wahyu water booming dan modifikasi cuaca tidak akan cukup menghentikan kebakaran hutan khususnya di wilayah gambut. "Ekosistem gambut itu kurang lebih adalah ekosistem alami yang berasal dari unsur hara. Ketika kemudian itu dieksploitasi oleh industri kehutanan ataupun perkebunan gambut jadi kering seperti busa yang tebal, ketebalannya bisa belasan atau puluhan meter," ujar dia. Jadi ketika terbakar, kata dia, titik apinya itu tidak selalu berada di permukaan. Wahyu mencontohkan, seperti kapuk yang terbakar api bisa menjalar bahkan sampai 1 kilometer. Jika penyiramannya tidak sempurna, kata dia, maka hanya menghasilkan asap yang lebih banyak. "Secara teoritis modifikasi cuaca untuk memadamkan khususnya pada ekosistem gambut tidak akan efektif. Untuk memadamkan api di lahan gambut butuh hujan yang intens dan panjang," ujar dia. Sehingga hal yang paling efektif untuk memitigasi karhutla adalah restorasi gambut agar tetap basah. Wahyu mengatakan, jika terjadi kebakaran hutan di tengah pandemi Covid-19 ini akan memperparah risiko masyarakat terjangkit sakit paru-paru. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Kapan terakhir kamu pergi ke hutan? Kapan terakhir kamu menanam pohon? Mungkin itu pertanyaan aneh bagi kamu, tapi pertanyaan-pertanyaan itu sangatlah bermakna untuk ditanyakan pada hari ini. Kenapa? Karena hari ini telah ditetapkan sebagai Hari Hutan Sedunia. Hari yang dijadikan batu peringatan akan pentingnya ekosistem hutan yang didominasi oleh spesies-spesies pohon di seluruh dunia untuk menopang seluruh kehidupan di Bumi ini, khususnya manusia dan bagaimana kita bisa menekan laju kerusakan ekosistem tersebut. Hutan melindungi iklim di planet kita, melindungi kita dari banjir dan erosi tanah. Hutan juga menyediakan air yang sangat esensial bagi hidup manusia dan menumbuhkan tanaman-tanaman pangan kita, juga menyediakan sumber-sumber tanaman obat yang sangat berharga. Hutan adalah rumah bagi keanekaragaman hayati, flora dan fauna, serta sumber makanan dan penopang ekonomi bagi masyarakat adat setempat. Lebih dari itu, bagi kita bangsa Indonesia, hutan-hutan kita dan keanekaragaman hayati serta budaya bersumber daripadanya, yang terhampar dari Sabang sampai Merauke merupakan anugerah Tuhan dan identitas terkuat bangsa ini. Meskipun diakui sebagai ekosistem yang sangat penting di planet ini, dan berbagai komitmen sukarela dari pemerintah berbagai negara maupun perusahaan-perusahaan dicanangkan untuk melindungi hutan yang tersisa, pada kenyataannya laju kerusakan hutan-hutan deforestasi di dunia semakin memprihatinkan. Berdasarkan analisis Greenpeace, sejak 1990–2015, kita telah kehilangan hutan di Indonesia sebanyak 24 juta ha, yang disebabkan terutama karena perluasan industri perkebunan sawit, industri kertas dan bubur kertas, serta illegal logging yang saat ini mulai mengancam hutan-hutan terakhir kita di Papua, sepanjang 2015-2018 saja sudah 130,000 ha hutan telah dibabat untuk perluasan perkebunan sawit. Jejak jaringan area penggundulan hutan untuk perkebunan kelapa sawit di Kwala Kwayan. The World Research Institute WRI mencatat laju kehilangan tutupan hutan di seluruh dunia sebesar 29,7 juta ha di tahun 2016, dan 29,4 juta ha pada tahun 2017. Setengahnya terjadi di daerah tropis, termasuk di Indonesia. Emisi Gas Rumah Kaca tahunan dari hilangnya tutupan hutan tropis yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim pada tahun 2015-2017 adalah 63% lebih tinggi dari rata-rata selama 14 tahun terakhir. Kehancuran hutan yang juga merupakan rumah bagi satwa-satwa iconic Indonesia seperti Gajah Sumatera, Harimau Sumatera, Orang Utan membuat mereka semakin diambang kepunahan, para ilmuwan memperkirakan Orangutan akan punah pada 2030 apabila kerusakan hutan terus terjadi. Ini sungguh miris dan memprihatinkan, di tengah janji-janji manis perlindungan hutan. Dampak perubahan iklim semakin nyata di depan mata kita, utamanya bagi Indonesia yang sangat rentan kondisi alam dan geografisnya. Saat ini kita kembali berduka, begitu banyak bencana ekologis seperti banjir baru-baru ini di Sentani, tanah Papua yang memakan korban manusia, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan sejak Januari sampai hari ini, kebakaran hutan di Riau membakar hampir 2,000 ha lahan dan mengakibatkan ribuan saudara-saudara kita di sana tercekik asap dan terserang ISPA, terutama bayi dan balita Seorang warga berusaha melintasi banjir di Sentani, Jayapura, Papua. Para ilmuwan sudah memperingatkan kepada kita, kita hanya punya waktu 12 tahun untuk bisa mempertahankan suhu bumi pada derajat celcius untuk bisa menyelamatkan diri dari perubahan iklim. Solusi paling efektif juga ada di depan mata yaitu menghentikan deforestasi dan memulihkan ekosistem hutan yang rusak. Sekarang. Ya, mulai dari sekarang. Itulah mengapa banyak program penanaman jutaan pohon menjadi kehilangan tujuannya, disamping karena kegagalan teknis dan tidak dibarengi dengan menghentikan kerusakan yang massif tepat dijantungnya, jantung kerusakan hutan tersisa di Indonesia. Dan saat ini yang kita perlukan tidak hanya menghentikan deforestasi tetapi juga bagaimana agar para perusak hutan bertanggungjawab dengan memulihkan ekosistem hutan dan gambut yang dirusaknya yang menimbulkan kerugian bagi lingkungan dan manusia. Hal ini sejalan dengan prinsip polluter pays principle, dan mendorong negara agar lebih serius dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang pro perlindungan hutan dan restorasi dan penegakan hukum terhadap para perusahaan perusak hutan. Pemandangan hutan primer dari udara di dekat Sungai Digul, selatan Papua. Terus bagi kita yang tinggal di kota-kota besar, yang jauh dari hutan, apa dong yang bisa kita lakukan untuk melindungi hutan? Ada banyak hal. Beberapa di antaranya adalah mulai menanam berbagai macam tanaman atau pohon, untuk mengurangi polusi dan menciptakan kesegaran udara dan positive vibes di sekitarmu. Syukur-syukur kamu bisa panen buah yang dihasilkan dari tanaman-tanaman tersebut, asyik kan? Atau kamu juga bisa aktif di kotamu untuk menjaga hutan-hutan kota yang terancam dan melestarikannya, atau juga bergabung dalam kegiatan TuaiTumbuhBersama dan menjadi seorang PenjagaHutan bersama Greenpeace dan jutaan orang di dunia untuk menghentikan perusahaan-perusahaan perusak hutan, menuntut mereka dan mendorong pemerintah untuk memenuhi komitmennya untuk melindungi hutan dan gambut yang tersisa di Indonesia termasuk segera memulihkan hutan-hutan dan ekosistem yang rusak. Terima kasih untuk kamu semua yang sayang sama hutan-hutan kita. Selamat Hari Hutan Sedunia, mari kita lindungi dan pulihkan. Lindungi Hutan Kebakaran hutan tidak hanya mengancam kehidupan manusia, tapi juga mengancam satwa liar asli Indonesia yang terancam punah. Bantu kami wujudkan Nol Deforestasi. Ikut Beraksi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Penerapan Nilai Profesionalisme Perawat Dalam Situasi BencanaOleh Sumariyanto Indonesia sering dijuluki dengan supermarketnya bencana. Hal ini dikarenakan kondisi geografis dan sosialnya. Indonesia berpotensi rentan terhadap bencana yang diakibatkan oleh meluap nya air sungai sehingga meyebabkan kebanjiran, pergeseran lempeng tektonik dan vulkanik yang menyebabkan gempa bumi serta letusan gunung berapi, gelombang air laut yang menyebabkan tsunami, badai angin puting beliung dan kekeringan. Serta ulah manusia dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup misalnya kebakaran hutan, polusi, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri dan serangan teroris dan konflik antar kelompok masyarakat Departemen Kesehatan 2006.Dampak bencana bagi manusia bisa sangat merusak. Kerusakan sarana dan prasarana fisik rumah, gedung perkantoran, pelayanan kesehatan, sarana pendidikan dan rumah ibadah, akses transportasi, dan lain-lain. Selain itu, gangguan kesehatan lainya seperti terganggunya sistem muskuloskeletal, infeksi kulit, status gizi yang menurun, stres, dan masalah psikologis, hingga kematian. Orang juga akan mengungsi ke tempat yang dianggap aman karena bencana. Ini pasti akan menimbulkan masalah kesehatan baru di tempat penampungan pengungsian, seperti wabah penyakit, masalah gizi, kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan, akses air bersih, dan masalah lainnya. serta kualitas kesehatan lingkungan yang menurun Departemen Kesehatan, 2006.Dalam hal ini, perawat merupakan profesi yang mutlak diperlukan saat terjadi bencana. Perawat harus selalu siap dan waspada ketika berhadapan dengan korban bencana. Peran perawat dalam merawat korban bencana tidak hanya memberikan bantuan berupa materi dan perawatan medis saja. Namun perawatan psikososial dan emosional juga merupakan tugas tenaga keperawatan yang diperlukan untuk membantu korban bencana. Perawat yang bekerja langsung di lokasi bencana juga harus memiliki keterampilan dan pengalaman yang sesuai dalam penanggulangan bencana. Perawat yang baru lulus tidak disarankan untuk pergi ke daerah bencana. Karena pengetahuan dan pengalaman mereka tidak memenuhi syarat untuk membantu korban pengetahuan dan pengalaman bahwa ketika membantu dan merawat korban bencana, perawat harus bisa mempertimbangkan keselamatan mereka sendiri sebelum membantu orang lain. Perawat yang berpengalaman dalam situasi bencana tentu mengetahui hal ini dengan sangat baik. Misalnya, ketika perawat membantu korban gempa, mereka harus bisa mengantisipasi gempa susulan atau kemungkinan runtuhnya gedung dan bangunan yang bisa terjadi sewaktu-waktu selama memberikan bantuan. Oleh karena itu, sangat penting untuk bisa menghitung kapan waktu yang tepat untuk memberikan bantuan kepada korban bencana. 1 2 3 Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya

bantuan yang sangat diperlukan oleh korban bencana kebakaran hutan adalah